// kode iklan
*/
dan Hindu-Budha
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmatnya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Akulturasi Kebudayaan Nusantara dan Hindu-Budha ” tepat pada waktunya tanpa halangan suatu apapun.
Tidak lupa saya mengucapkan banyak terimakasih kepada semua yang telah membantu tersusunnya makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini tentu banyak kekurangan dan kesalahan, oleh sebab itu saya mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi sempurnanya makalah ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Daftar Isi
Kata Pengantar...................................................................................................
Daftar Isi............................................................................................................
Bab 1 ................................................................................................................
Pendahuluan.....................................................................................................
1.1 Latar Belakang............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................
1.3 Tujuan Makalah.........................................................................................
Bab 2..................................................................................................................
Pembahasan.......................................................................................................
2.1 Pengertian Akulturasi Nusantara dan Hindu-Budha .................................
2.2 Contoh Wujud Alkulturasi Budaya Hindu Budha di Indonesia...................
Bab 3.................................................................................................
Penutup...............................................................................................
3.1 Kesimpulan.................................................................................................
3.2 Kritik dan Saran..........................................................................................
Daftar Pustaka ..................................................................................................
Bab 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Fakta tentang Proses Interaksi Masyarakat Indonesia sebagai daerah yang dilalui jalur perdagangan memungkinkan bagi para pedagang India untuk sungguh tinggal di kota pelabuhan-pelabuhan di Indonesia guna menunggu musim yang baik. Mereka pun melakukan interaksi dengan penduduk setempat di luar hubungan dagang. Masuknya pengaruh budaya dan agama Hindu-Budha di Indonesia dapat dibedakan atas 3 periode sebagai berikut.
1. Periode Awal (Abad V-XI M)
Pada periode ini, unsur Hindu-Budha lebih kuat dan lebih terasa serta menonjol sedang unsur/ ciri-ciri kebudayaan Indonesia terdesak. Terlihat dengan banyak ditemukannya patung-patung dewa Brahma, Wisnu, Siwa, dan Budha di kerajaan-kerajaan seperti Kutai, Tarumanegara dan Mataram Kuno.
2. Periode Tengah (Abad XI-XVI M)
2. Periode Tengah (Abad XI-XVI M)
Pada periode ini unsur Hindu-Budha dan Indonesia berimbang. Hal tersebut disebabkan karena unsur Hindu-Budha melemah sedangkan unsur Indonesia kembali menonjol sehingga keberadaan ini menyebabkan munculnya sinkretisme (perpaduan dua atau lebih aliran). Hal ini terlihat pada peninggalan zaman kerajaaan Jawa Timur seperti Singasari, Kediri, dan Majapahit. Di Jawa Timur lahir aliran Tantrayana yaitu suatu aliran religi yang merupakan sinkretisme antara kepercayaan Indonesia asli dengan agama Hindu-Budha.Raja bukan sekedar pemimpin tetapi merupakan keturunan para dewa. Candi bukan hanya rumah dewa tetapi juga makam leluhur.
3. Periode Akhir (Abad XVI-sekarang)
3. Periode Akhir (Abad XVI-sekarang)
Pada periode ini, unsur Indonesia lebih kuat dibandingkan dengan periode sebelumnya, sedangkan unsur Hindu-Budha semakin surut karena perkembangan politik ekonomi di India. Di Bali kita dapat melihat bahwa Candi yang menjadi pura tidak hanya untuk memuja dewa. Roh nenek moyang dalam bentuk Meru Sang Hyang Widhi Wasa dalam agama Hindu sebagai manifestasi Ketuhanan Yang Maha Esa. Upacara Ngaben sebagai objek pariwisata dan sastra lebih banyak yang berasal dari Bali bukan lagi dari India.
1.2 Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud akultrasi?
Mengapa akultrasi dapat terjadi?
1.3 Tujuan makalah
Mengapa akultrasi dapat terjadi?
1.3 Tujuan makalah
Mengetahui apa arti akultrasi
Mengetahui Mengapa akultrasi dapat terjadi?
Mengetahui Mengapa akultrasi dapat terjadi?
Bab 2
Pembahasan
2.1 Pengertian Akulturasi Nusantara Kebudayaan dan Hindu-Budha
Akulturasi kebudayaan yaitu suatu proses pencampuran antara unsur-unsur kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain , sehingga membentuk kebudayaan baru . Kebudayaan baru yang merupakan hasil pencampuran itu masing-masing tidak kehilangan kepribadian/ciri khasnya . Oleh karena itu , untuk dapat berakulturasi , masing-masing kebudayaan harus seimbang .
Begitu juga untuk kebudayaan Hindu-Budha dari India dengan kebudayaan Indonesia asli . Masuknya budaya Hindu-Budha di Indonesia menyebabkan munculnya Akulturasi. Akulturasi merupakan perpaduan 2 budaya dimana kedua unsur kebudayaan bertemu dapat hidup berdampingan dan saling mengisi serta tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari kedua kebudayaan tersebut. Kebudayaan Hindu-Budha yang masuk di Indonesia tidak diterima begitu saja melainkan melalui proses pengolahan dan penyesuaian dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia tanpa menghilangkan unsur-unsur asli. Hal ini disebabkan karena:
1. Masyarakat Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi sehingga masuknya kebudayaan asing ke Indonesia menambah perbendaharaan kebudayaan Indonesia.
2. Kecakapan istimewa yang dimiliki bangsa Indonesia atau local genius merupakan kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolah unsur-unsur tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Pengaruh kebudayaan Hindu hanya bersifat melengkapi kebudayaan yang telah ada di Indonesia. Perpaduan budaya Hindu-Budha melahirkan akulturasi yang masih terpelihara sampai sekarang. Akulturasi tersebut merupakan hasil dari proses pengolahan kebudayaan asing sesuai dengan kebudayaan Indonesia.
Pengaruh kebudayaan Hindu hanya bersifat melengkapi kebudayaan yang telah ada di Indonesia. Perpaduan budaya Hindu-Budha melahirkan akulturasi yang masih terpelihara sampai sekarang. Akulturasi tersebut merupakan hasil dari proses pengolahan kebudayaan asing sesuai dengan kebudayaan Indonesia.
Contoh hasil akulturasi antara kebudayaan Hindu-Budha dengan kebudayaan Indonesia asli.
1. Seni Bangunan
Bentuk-bentuk bangunan di Indonesia pada umumnya merupakan bentuk akulturasi antara unsur-unsur budaya Hindu-Budha dengan unsur budaya Indonesia asli. Bangunan yang megah , patung-patung perwujudan dewa atau Budha , serta bagian-bagian candid an stupa adalah unsur-unsur dari India. Bentuk candi-candi di Indonesia pada hakikatnya adalah punden berundak yang merupakan unsur Indonesia asli . Candi Borobudur merupakan slah satu contoh dari bentuk akulturasi tersebut .
a. Candi
Candi merupakan sebuah bangunan yang berasal dari zaman kekuasaan kerajaan – kerajaan Hindu-Budha di Indonesia . Kata candi berasal dari kata candika yaitu salah satu nama dewi Durga . Candi juga berasal dari kata cinandi yang berarti makam . Pada umumnya candi terdiri atas tiga bagian yaitu :
o Bhurloka adalah bawah candi yang melambangkan kehidupan dunia fana.
o Bhurvaloka adalah bagian candi yang melambangkan tahap pembersihan dan pemurnian jiwa.
o Svarloka adalah melambangkan tempat para dewa atau jiwa yang telah disucikan.
Gambar salah satu candi , Candi Borobudur
b. Stupa
Bangunan stupa pada masa India Kuno digunakan sebagai makam atau tempat penyimpanan abu kalangan bangsawan/tokoh tertentu. Stupa memiliki tiga bagian dari bangunan nya :
o Andah , melambangkan dunia bawah tempat manusia yang masih dikuasai hawa nafsu.
o Yanthra, merupakan suatu benda untuk memusatkan pikiran saat bermeditasi.
o Cakra, melambangkan nirwana tempat para dewa.
2. Seni Rupa dan Seni Ukir
Masuknya pengaruh India juga membawa perkembangan dalam bidang seni rupa , seni pahat , dan seni ukir . Hal ini dapat dilihat pada relief atau seni ukir yang dipahat pada bagian dinding-dinding candi . Misalnya , relief yang dipahat pada dinding-dinding pagar langkan di Candi Borobudur yang berupa pahatan riwayat Sang Budha . Di sekitar Sang Budha terdapat lingkungan alam Indonesia seperti rumah panggung dan burung merpati .
Pada relief kala makara pada candi dibuat sangat indah . Hiasan relief kala makara , dasarnya adalah motif bintang dan tumbuh-tumbuhan . Hal semacam ini sudah dikenal sejak masa sebelum Hindu . Binatang-binatang itu dipandang suci , maka sering diabadikan dengan cara di lukis .
a. Relief
Relief dipahatkan pada kaki candi atau tubuh candi. Relief ini merupakan hasil seni pahat sebagai pengisi bidang pada dinding candi yang melukiskan suatu cerita atau kisah .
Relief kala makara pada candi dibuat sangat indah. Dasar hiasan relief kala makara yaitu motif binatang dan tumbuh-tumbuhan . Hal tersebut sudah dikenal sejak masa sebelum Hindu . Binatang-binatang tersebut dipandang suci,sehingga sering diabadikan dengan cara ditulis .
b. Arca
Tujuan pembuatan arca/patung adalah untuk mengabadikan tokoh tertentu . Patung/arca merupakan batu yang dipahat sedemikian rupa , sehingga membentuk makhluk tertentu ( biasanya berupa patung atau binatang ).
3. Seni Pertunjukan
Menurut JLA Brandes , gambelan merupakan satu diantara seni pertunjukan asli yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebelum masuknya unsur-unsur budaya India. Selama waktu berabad-abad gambelan juga mengalami perkemangan dengan masuknya unsur-unsur budaya baru baik dalam bentuk maupun kualitasnya. Gambaran mengenai bentuk gambelan Jawa Kuno masa Majapahit dapat dilihat pada beberapa sumber , antara lain prasasti dan kitab kesusastraan . Macam-macam gambelan dapat dikelompokkan dalam Chordaphones , aerophones , membranophones , tidophones , dan xylophones .
Gambar salah satu pertunjukan
4. Seni Sastra dan Aksara
Pengaruh India membawa perkembangan seni sastra di Indonesia . Seni sastra waktu itu ada yang berbentuk prosa dan ada yang berbentuk tembang ( puisi ). Berdasakan isinya , kesusastraan dapat dikelompokkan menjadi tiga , yaitu tutur (pitutur kitab keagamaan) , kitab hukum , dan wiracerita ( kepahlawanan ). Bentuk wiracerita ternyata sangat terkenal di indonesia , terutama kitab Ramayana dan Mahabarata. Kemudia timbul wiracerita hasil gubahan dari pujangga indonesia. Misalnya , Baratayuda yang digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh . Juga munculnya cerita-cerita Carangan.
Berkembangnya karya sastra terutama yang bersumber dari Mahabrata dan Ramayana , melahirkan seni pertunjukan wayang kulit ( wayang purwa ) . Pertunjukan wayang kulit di indonesia , khususnya di Jawa sudah begitu mendarah daging . Isi dan cerita pertunjukan wayang banyak mengandung nilai-nilai yang bersifat edukatif (pendidikan). Cerita dalam pertunjukan wayang berasal dari India , tetapi wayangnya asli dari Indonesia. Seni pahat dan ragam luas yang ada pada wayang disesuaikan dengan seni di Indonesia .
Disamping bentuk dan ragam ias wayang , muncul pula tokoh-tokoh pewayangan yang khas Indonesia. Misalnya tokoh-tokoh punakawan seperti Semar , Gareng , dan Petruk. Tokoh-tokoh tidk ditemukan di India . Perkembngan seni sastra yang sangat cepat didukung oleh penggunaan huruf pallawa , misalnya dalam karya-karya sastra Jawa Kuno . Pada prasasti-prasasti yang ditemukan terdapat unsur India dengan budaya Indonesia. Misalnya , ada prasasti dengan huruf Nagari ( India ) dan huruf Bali Kuno ( indonesia)
5. Sistem Kepercayaan
Sejak masa praaksara , orang-orang di Kepulauan Indonesia sudah mengenal simbol-simbol yang bermakna filosofis. Sebagai contoh, kalau ada orang meninggal, didalam kuburannya disertakan benda-benda. Di antara benda-benda itu ada orang naik perahu , ini memberikan makna bahwa orang yang sudah meninggal tersebut rohnya akan melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan yang membahagiakan yaitu alam baka. Masyarakat waktu itu sudah percaya adanya kehidupan sesudah mati , yakni sebagai roh halus . Oleh karena itu , nenek moyang dipuja oleh orang yang masih hidup(animisme).
Setelah masuknya pengaruh India kepercayaan terhadap roh halus tidak punah . Misalnya dapat dilihat pada fungsi candi . Fungsi candi atau kuil di India adalah sebagai tempat pemujaan.Diindonesia , di samping sebagai tempat pemujaan, candi juga sebagai makam raja atau untuk menyimpan abu jenazah raja yang telah meninggal . Itulah sebabnya peripihtempat penyimpanan au jenazah didirikan patung raja dalam bentik mirip dewa yang dipujanya . Ini jelas merupakan perpaduan antara fungsi candi di India dengan tradisi pemakaman dan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia .
Bentuk bangunan lingga dan yoni juga merupakan tempat pemujaan terutama bagi orang-orang Hindu penganut Syiwaisme. Lingga adalah lambing Dewa Syiwa . Secara filosofis lingga dan yoni adalah lambang kesuburan dan lambang kemakmuran . Lingga lambang laki-laki dan yoni lambang perempuan
6. Sistem Pemerintahan
Setelah datangnya pengaruh India di Kepulauan Indonesia , dikenal adanya sistem pemerintahan secara sederhana , Pemerintahan yang dimaksud adalah semacam pemerintahan di suatu desa atau semacam kepala suku . Orang yang dipilih sebagai pemimpin biasanya orang yang sudah tua(senior), arif, dapat memimbing , memiliki kelebihan-kelebihan tertentu termasuk dibidang ekonomi , berwibawa , serta memiliki semacam kekuatan gaib(kesaktian). Setelah pengaruh India masuk, maka pemimpin tadi diubah menjadi raja dan wilayahnya disebut kerajaan. Hal ini secara jelas terjadi di Kutai .
Salah satu bukti akulturasi dalam bidang pemerintahan, misalnya seorang raha harus berwibawa dan dipandang masa sebelum Hindu-Budha . Karena raja memiliki kekuatan gaib , maka oleh rakyat raja dipandang dekat dengan dewa . Raja kemudian disembah dan kalau sudah meninggal dipuja-puja.
7. Asitektur
Dalam segi arsitektur yang ada semacam penyempurnaan bangunan setelah masuknya budaya Hindu-Budha. Pada awalnya masyarakat Indonesia sebelum masuknya budaya Hindu-Budha sudah mengenal tentang sistem arsitektur atau bangunan. Ini dapat dilihat dari adanya punden berundak yang sering dikaitkan dengan budaya Animisme dan Dinamisme atau pemujaan terhadap leluhur mereka. Namun seiring dengan adanya budaya Hindu-Budha yang masuk ke wilayah Nusantara, budaya nenek moyang itu mengalami perkembangan yang signifikan.
Perkembangan itu dapat dilihat dari Candi Borobudur ataupun juga bangunan di akhir masa Majapahit (abad 14 candi-candi di lereng Penanggungan, Arjuna, Lawu) dibangun dengan mengambil bentuk pundek berundak meskipun Majapahit merupakan kerajaan bercorak Budha.
Ini dapat membuktikan adanya suatu bentuk akulturasi antara budaya asli nenek moyang dengan pengaruh Hindu-Budha.
2.2 Contoh Wujud Akulturasi Budaya Hindu Buddha di Indonesia
Ada tiga hal mencolok yang dapat kita lihat sebagai wujud akultusai antara nilai kebudayaan Hindu Budha dan nilai-nilai kebudayaan Indonesia asli yaitu seni bangunan, kepercayaan dan juga sistem pemerintahan.
Munculnya budaya Hindu-Buddha (India) di Indonesia sangat besar pengaruhnya terhadap seni bangunan, terutama pada bangunan candi. Candi Hindu dan Buddha yang ditemukan di Indonesia pada dasarnya merupakan wujud akulturasi. Dasar bangunan candi itu merupakan hasil pembangunan bangsa Indonesia dari zaman Megalitikum, yaitu dari bangunan punden berundak-undak. Punden berundak-undak ini mendapat pengaruh Hindu-Buddha, sehingga menjadi wujud sebuah candi. Seni Rupa/ Seni Lukis Unsur seni rupa atau seni lukis India telah masuk ke Indonesia. Hal ini terbukti dengan ditemukannya patung Budhha berlanggam Gandara di kota Bangun, Kutai. Juga patung Buddha berlanggam Amarawati ditemukan di Sikadeng (Sulawesi Selatan). Pada Candi Borobudurtampak adanya seni rupa India, dengan ditemukannya relief-relief ceritasang Buddha Gautama. Relief pada Candi Borobudur umumnya menunjukkan suasana alam Indonesia, terlihat dengan adanya lukisan rumah panggung dan hiasan burung merpati.
Masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia mengakibatkan terjadinya percampuran antara kedua kepercayaan itu, namun tidak meninggalkan kepercayaan asli Indonesia, terutama dilihat dari segi pemujaan terhadap roh nenek moyang dan pemujaan terhadap dewa-dewa alam. Sosial Dalam bidang sosial, terjadi bentuk perubahan dalam tata kehidupan sosial masyarakat. Misalnya, dalam masyarakat Hindu diperkenalkan adanya sistem kasta . Ekonomi Dalam bidang ekonomi, tidak begitu besar pengaruhnya dan tidak begitu banyak terjadi perubahan, karena masyarakat Indonesia telah mengenal aktivitas perekonomian melalui pelayaran dan perdagangan jauh sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha. Pemerintahan Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia, bangsa Indonesia telah mengenal sistem pemerintahan seorang kepala suku.
Sistem pemerintahan seorang kepala suku berlangsung secara demokratis, dimana salah seorang kepala suku merupakan pimpinan yang dipilih dari kelompok sukunya, karena memiliki kelebihan dari anggota suku lain. Akan tetapi, setelah masuknya pengaruh Hindu-Buddha, tata pemerintahan disesuaikan dengan sistem pemerintahan yang berkembang di India. Seorang kepala suku, melainkan seorang raja yang memerintah atas wilayah kerajaannya secara turun temurun. Bukan lagi ditentukan oleh kemampuan, melainkan keturunan.
Bab 3
Penutup
3.1 Kesimpulan
1. Akulturasi adalah bertemunya dua kebudayaan yang berbeda dan melebur menjadi satu yang menghasilkan kebudayaan baru tetapi tidak menghilangkan sifat kebudayaan aslinya.
2. Kebudayaan baru hasil akulturasi tersebut masing-masing tidak kehilangan kepribadian atau ciri khasnya. Oleh karena itu, untuk dapat berakulturasi, masing-masing kebudayaan harus seimbang.
3. Kebudayaan Hindu – Budha yang masuk ke Indonesia tidak diterima seperti apa adanya, tetapi diolah, ditelaah dan disesuaikan dengan budaya yang dimiliki penduduk Indonesia, sehingga budaya tersebut berpadu dengan kebudayaan asli Indonesia menjadi bentuk akulturasi kebudayaan Indonesia Hindu – Budha.
4. Wujud akulturasi budaya dapat berupa bahasa, religi/kepercayaan, sistem pemerintahan, sistem kemasyarakatan, ekonomi, pengetahuan/teknologi, seni bangunan, seni rupa & seni ukir serta seni sastra.
5. Unsur budaya India tidak pernah menjadi unsur budaya yang dominan dalam kerangka budaya Indonesia, karena dalam proses akulturasi tersebut, Indonesia selalu bertindak selektif.
3.2 Kritik dan Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini di kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
Daftar Pustaka
http://dekrikrun.blogspot.co.id/2015/11/makalah-alkulturasi-kebudayaan.html
// kode iklan
jangan lupa iklannya diklik ya, to "Makalah Akulturasi Kebudayaan Nusantara dan Hindu-Budha"
Post a Comment