// kode iklan
*/
Perkembangan Masyarakat Indonesia pada Masa Awal
Pernahkah kamu membayangkan bagaimana kehidupan manusia
purba pada jutaan tahun yang lampau? Ya, kehidupan mereka terlampau sederhana,
karena ada keterbatasan dengan volume otaknya. Menurut para ahli, volume otak
mereka memang masih terlampau kecil sehingga mengalami keterbatasan di dalam
menemukan cara untuk mengatasi
kesulitan hidupnya. Dari waktu ke waktu, volume otak itu mengalami perubahan
dan perkembangan, sehingga mereka semakin terampil dalam menggunakan dan
membuat beragam peralatan. Kehidupan manusia diperkirakan dalam
kelompok-kelompok kecil. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, mereka berburu
binatang di sepanjang lembah-lembah sungai yang subur. Kehidupan semacam ini
diperkirakan berlangsung selama satu juta tahun. Dalam perkembangannya, mereka
mulai menggunakan peralatan batu yang
masih sederhana. Dari bukti yang berhasil ditemukan, sisa artefak yang berupa alat-alat kapak batu di Pacitan diperkirakan barasal dari masa 800.000 tahun yang lalu. Apa yang bisa kita katakan dari penemuan peralatan prasejarah ini? Manusia prasejarah itu mulai mengenal atau membuat kebudayaan meskipun dalam pengertian yang teramat sederhana. Beragam peralatan batu itu diperkirakan pernah digunakan untuk menguliti dan memotong daging.
masih sederhana. Dari bukti yang berhasil ditemukan, sisa artefak yang berupa alat-alat kapak batu di Pacitan diperkirakan barasal dari masa 800.000 tahun yang lalu. Apa yang bisa kita katakan dari penemuan peralatan prasejarah ini? Manusia prasejarah itu mulai mengenal atau membuat kebudayaan meskipun dalam pengertian yang teramat sederhana. Beragam peralatan batu itu diperkirakan pernah digunakan untuk menguliti dan memotong daging.
Permasalahan yang menarik untuk diteliti, bagaimana cara
manusia purba itu bisa bertahan sedemikian lama? Sementara para ahli
berpendapat bahwa manusia purba itu telah berkelompok untuk mengatasi kesulitan
hidupnya. Artinya, mereka telah membentuk masyarakat sendiri. Bagaimana cara
mereka membentuk masyarakat? Salah satu kasus yang digunakan oloh para ahli
adalah saat mereka harus menangkap binatang buruan. Untuk menangkap seekor
binatang, tentu diparlukan adanya kerja sama di antara anggota kelompok. Kita
tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi seandainya mereka tidak saling
bekerja sama satu dengan lain saat berburu binatang. Saat mereka mau menangkap
binatang buruan, tentu ada yang mengejar, melempardengan batu, memanah dengan
mata tombak, dan lain-lain. Setelah
binatang buruan tertangkap, pekerjaan belum selesai. Mereka secara bersamasama
harus membawa binatang itu ke gua yang dijadikan tempat tinggal. Selanjutnya mereka
menggunakan peralatan dari batu itu untuk menguliti dan membaginya. Tidak mengherankan
apabila di dalam gua-gua yang diduga pernah digunakan sebagai tempat tinggal
manusia prasejarah itu bisa ditemukan tulang belulang binatang. Apakah hal iniberkaitan
dengan pola makan mereka.
INFORMASI
Perkampungan "Pygmi" di Flores
Di Kabupaten Manggarai, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timu
ditemukan sebuah perkampungan masyarakat pygmi atau katai.
Apa keistimewaan perkampungan ini? Menurut para ahli arkeologi, perkampungan
ini menyimpan sejumlah misteri. Saat tahun 2004 para ahli memublikasikan
temuannya tentang fosil manusia kerdil yang diberi namaHomo floresiensis,
perkampungan ini luput dari perhatian mereka. Penelitian mereka hanya terfokus
pada fosil dan beragam bentuk peninggalan yang ada di dalam gua Liang Bua Menurut
Prof. Dr. Teuku Jacob, keberadaan masyarakat pygmi sangat menarik dan mengejutkan.
Karena, selama bertahun-tahun para ahli hanya berkutat dengan jejak manusia
purba melalui fosil. tapi tidak pernah terbayangkan bahwa di sekitar kawasan itu
terdapat sebuah komunitas masyarakatkatai yang hingga kini masih hidup dan
bertahan Mengapa mereka bisa hidup selama ribuan tahun tanpa pernah
berpindah-pindah? Kawasan Nusa Tenggara Timur memang telah menjadi objek
penelitian para antropolog Belanda. Mereka berpendapat bahwa penduduk setempat
mempunyai ukuran tinggi badan yang agak pendek. Menurut penelitian Biljmer
tahun 1929. lebih dari 50 persen penduduk setempat memiliki ukuran tinggi badan
sekitar 155 sampai dengan 163 cm. Bahkan menurut warga setempat, ada
orang-orang bertubuh pendek dengan warna kulit kehitam-hitaman (Negrito) yang
tinggal di perbukitan dan bersembunyi di gua-gua. Menurut Jacob, tinggi orang
Negrito itu berkisar 155 sampai dengan 163 cm maka sebutannya adalah Dygmo Tetapi,
masyarakat di Rampasasa itu adalah pygmi atau katai, karena tinggi badan mereka
di bawah 145 cm untuk laki-laki dewasa dan wanita dewasanya malah hanya sekitar
135 cm, Berat badan pria maksimal 40 kg dan wanitanya rata-rata 30kg Perlu diketahui bahwa katai memang berbeda
dengan kerdil. Istilah kerdil menunjukkan ukuran badan mengecil dengan proporsi
rusak atau tidak beraturan, sementara itu kata ukurannya kecil secara
proporsional.
Pada akhir tahun 2004, Prof. Dr. R, P. Soejono dan Dr. M.J.
Monwood melakukan penggalian di Liang Bua, Flores. Mereka menemukan tengkorak
manusia dengan tinggi badan sekitar 130 cm dengan besar otaknya sepertiga manusia
sekarang. Spesies inilah yang kemudian dikenal dengan Homoforesiensis atau Manusia
Flores Lalu, apa yang menyebabkan punahnya Homo erectus itu? Ada ahli yang
berpendapat bahwa hal itu disebabkan keterbatasan mereka dalam menggunakan
strategi hidup. Tidak banyak ditemukannya peralatan batu di sekitar penemuan
fosil mereka menunjukkan bahwa kehidupan mereka masih teramat primitif. Ada
dugaan bahwa mereka memakan daging dari binatang yang telah mati (scavenger) Sementara
itu menurut beberapa ahli, penduduk asli pertama Pulau Jawa atau yang dikenal
dengan Homo sapiens mungkin mirip dengan suku Aborigin di Australia yang berasal
dari Indonesia sekitar 40.000 tahun yang lalu. Mereka ini disebut dengan Australoid
yang kemudian tersingkir oleh pendatang dari Asia Tenggara yang telah memiliki
kebudayaan lebih maju dan mampu
beradaptasi lebih baik sebagai pemburu. Keturunan manusia jenis ini sudah tidak ditemukan di Jawa,
tetapi saat ini bisa ditemukan sebagai suku Anak Dalam atau Kubu di Sumatra
bagian tengah dan Indonesia bagian timur. Dalam perkembangan selanjutnya,
sekitar 3.000 sampai dengan 5.000 tahun lalu, datanglah arus pendatang yang
dikenal dengan Proto Malays ke Pulau Keturunan mereka masih bisa ditemukan di Kepulauan
Mentawai, Sumatra Barat, Tengger di Jawa Timur, Dayak di Kalimantan, dan Sasak
di Lombok.
Gelombang berikutnya berasal dari Austronesia atau Malays
yang berasal dari Taiwan dan Cina Selatan. Mereka datang melalui laut ke Pulau
Jawa. sampai sekarang masih sekitar 1.000 sampai dengan 3.000 tahun lalu.
Keturunannya bisa ditemukan di Indonesia bagian barat dengan keahlian bercocok
tanam padi pengairan, membuat barang tembikar atau barang pecah belah dan
kerajinan dari batu Melalui pembelajaran sebelumnya, kamu telah mengetahui dari
mana asal usul manusia Indonesia dan bagaimana terbentuknya masyarakat pada
masa awal. Maasing masing tahap harus dilalui dalam waktu yang sangat lama,
bahkan hingga jutaan tahun lamanya perkembangan manusia purba berdasarkan
peralatan Setidaknya ada empat tahap
yang mereka pakai. Berikut deskripsinya.
1. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat sederhana
Tahap food gathering and hunting adalah kehidupan manusia prasejarah
yang mempunyai corak berburu dan meramu. Berburu adalah kegiatan manusia purba untuk
memperoleh bahan makanan dengan cara memburu binatang. memasang perangkap, dan
menjeratnya. Sedangkan meramu adalah kegiatan untuk mendapatkan bahan makanan
dengan cara mengumpulkan tumbuh-tumbuhan secara langsung dari alam.
a. Corak Kehidupan Masyarakat
Tahap berburu dan meramu tingkat awal berlangsung sejak 2
juta sampai 10.000 tahun yang lalu. Tahap ini berlangsung pada zaman
pleistosen. Manusia yang hidup pada zaman itu adalah Homo erectus dan Homo
sapiens. Untuk mendapatkan makanan, pada masa itu manusia purba hanya tinggal mengambilnya
dari alam. Caranya dengan berburu dan mengumpulkan bahan tumbuhan. Oleh karena
itu, biasanya mereka memilih makanan dari tumbuh-tumbuhan kawasan yang berupa padang
rumput dengan semak belukar dan hutan kecil di sekitarnya atau dekat dengan
sumber air, sungai, danau, dan rawa Pada tahap berburu dan meramu tingkat awal
ini, Homo erectus dan Homo wajakensis biasanya tinggal didalam gua-gua.
Mereka
biasa berburu gajah purba, banteng purba, dan binatang-binatang hutan lainnya Gua
adalah tempat yang relatif aman dan sudah dalam kondisi siap pakai Gua-gua itu
biasanya mereka gunakan sebagai tempat istirahat sementara saat harus mencari
makan dan berpindah dari satu tempat ke tempat yang menetap dan setengah lain.
Artinya, mereka mereka hidup secara setengah sedangkan gua yang mereka pilih
adalah gua alam atau cave dan gua payung bukit karang atau rocklabris sous
roche. Letak gua ini biasanya didekat sebuah sumber air dan makanan
Kehidupan manusia purba dalam gua-gua itu biasanya membentuk
kelompok-kelompok kecil. Anggota setiap kelompok sekitar 20-30 orang Pembentukan
kelompok-kelompok kecil ini ternyata mempunyai beberapa keunggulan, terutama
untuk:
1) menghadapi serangan musuh bersama
2) melaksanakan kegiatan berburu dan meramu
3) menghadapi datangnya serangan binatang liar, dan
4) mempermudah pengembaraan
Dengan membentuk kelompok-kelompok kecil itu, sebetulnya
manusia prasejarah telah mengenal pembagian tugas atau kerja. Misalnya saat
harus binatang buruan. Untuk mengejar seekor binatang dibutuhkan beberapa laki-laki
yang mempunyai ketangkasan dan kecepatan dalam berlari. Tentu pekerjaan ini
tidak sesuai dengan karakter wanita. Mereka mungkin bisa membantu saat harus
meramu atau menguliti binatang buruan. Tugas lain yang biasa disandang oleh
wanita adalah menjaga gua dan merawat anak.
b. Peralatan Hidup Manusia Purba
Untuk mendukung kehidupannya, manusia purba menggunakan dan membuat
beragam peralatan. Peralatan yang biasa digunakan untuk berburu dan meramu itu
berasal dari bahan batu, kayu, tanduk, dan tulang ikan. Artefak dan fosilnya
kebanyakan masih bisa ditemukan, kecuali peralatan yang terbuat dari bahan kayu
Teknik pembuatan alat masih sederhana sehingga menghasilkan alat-alat yang
kasar karena tidak dihaluskan. Jenis alat zaman berburu dan meramu tingkat awal
sebagai berikut:
1) alat Budaya Pacitan
Alat budaya Pacitan yang berasal dari batu ada dua, yaitu
a) Tradisi Batu Inti
(1) Kapak perimbas (chopper) untuk merimbas kayu, pemecah
tulang. dan sebagai senjata.
(2) Kapak genggam (hand adze) untuk menggali, memotong, dan nguliti
Alat-alat ini ditemukan di Punung, Pacitan Jawa Timur) dan
dibeberapa tempat lain. Alat-alat budaya Pacitan kecuali ditemukan di Desa
Punung dan Tabuhan, Pacitan juga ditemukan di Jampang Kulon (Sukabumi, Jawa
Barat): Gombong (Kebumen Jawa Tengah): Ngadirojo dan Sambung macan (Sragen,
Jawa Tengah), Tanjungkarang (Lampung) Awang Bangkal (Kalimantan Selatan):
Cabbenge (Sulawesi Tenggara) Sembiran dan Trunyan (Bali): Batutring (Sumbawa),
Wangka Mengeruda, Alabula, Maumere (Flores) serta Atambua, dan Kefamenanu(timor)
b) Thradisi Batu Serpih atau Flakes
(1) Gurdi untuk membuat lubang
(2) Pisau untuk memotong
(3) Tombak untuk menombak.
Alat budaya serpih
bilah berupa penggaruk, serut, gurdi, penusuk, maupun pisau ditemukan di Punung
Pacitan, Sangiran Gombong, Lahat, Cabbenge, Maumere Mengeruda, dan Atambua
(NTT)
2) Alat Budaya Ngandong
Alat budaya Ngandong dibuat dari tanduk, tulang, dan duri
ikan. Alat budaya ini terdiri atas sudip kebudayaan Toala. mata tombak, dan
belati/penusuk. Alat-alat ini ditemukan di Ngandong, Blora Jawa Tengah)
2. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut
Seperti pada masa sebelumnya, corak hidup masyarakat pada
masa berburu dan meramu tingkat lanjut juga didominasi oleh corak hidup berburu
dan meramu. Setelah ribuan tahun berburu dan meramu (dari 1.900.000-4.500 tahun
yang lalu) manusia mulai memiliki kepandaian dalam mengolah tanah dengan
menanam keladi Jika masa berburu meramu tingkat awal didukung oleh Homo erectus
dan Homo wajakensis, budaya pada masa tingkat lanjut ini didukung oleh manusia Australomelanesid
(dan sedikit jenis Mongoloid yang khusus menempati wilayah Sulawesi Selatan).
Kemampuannya dalam berburu juga telah meningkat. Alat-alat yang dipergunakan
antara lain perangkap, jerat, mata panah, dan busur
a. Corak Masyarakat Manusia purba yang hidup pada tingkat berburu
dan meramu tingkat lanjut tetap memilih tinggal di gua-gua alam serta gua payung
(abris sous roche) letaknya tidak jauh dari sumber air, danau, atau sungai yang
kaya akan ikan, siput, dan kerang Mereka yang tinggal di tepi pantai muara sungai
membangun permukiman berupa rumah panggung. Dugaan bahwa merekatinggal di rumah
ini dapat disimpulkan dari temuan bukit remis (kyokkenmodinger) di kawasan
Nanggroe Aceh Darussalam dan
Sumatra Utara. Mereka sudah mulai mengenal kepercayaan
tentang hidup sesudah mati dan kesenian. Hal itu terlihat dalam beberapa
aktivitas sebagai berikut
1) Mengubur Mayat
Pada umumnya mayat dikubur denganposisi jongkok, tangan
terlipat di bawah dagu Pada umumnya mayat dikubur dengan perhiasan kuli bawah
dagu di depan perut, disertai bekal kubur berupa kerang. Bahkan ada beberapa
tulang kerangka diberi hematit (bahan pewarna dari oker) yang dikenal pula
sebagai penguburan mayat sekunder (dua kali) Tempat Tinggalnya
2) Membuat Lukisan pada Dinding Gua Mereka melukis dinding
gua tempat tinggalnya dengan cara menggores dan mengecat (hitam, merah, putih)
serta cap tangan yang sebelumnya sudah ditaburi cat oker. Pada Gua Pattae di
Sulawesi Selatan ditemukan lukisan cap tangan (berkaitan dengan perkabungan)
dan lukisan babi rusa
(keberhasilan perburuan). Pada Gua Leang di Sulawesi Selatan
terdapat gambar berwarna seekor babi hutan yang sedang Maros berlari dan
lukisan cap tangan. Selain itu di Gua Jarie dan Gua burung juga ditemukan
lukisan cap tangan Pada dinding gua-gua di Seram dilukiskan perahu (lambang
alat transpor ke dunia roh) dan jug bertopeng (melindungi dari gangguan jahat).
Lukisan serupa ditemukan di Pulau Muna (Sulawesi Selatan)
b. Alat
Alat bantu untuk berburu dan meramu tingkat lanjut
menggunakan masih bahan batu, kayu, dan tulang. Teknik pembuatannya sudah
dikerjakan lebih lanjut, yaitu sedikit diperhalus. Jenis alat yang dipakai
sebagai berikut.
1) Alat Budaya Kyokkenmodinger (dari Batu)
Alat budaya dari batu yang ditemukan di dalam Kyokkenmodinger
antara lain:
memotong
menggali, dan
a) kapak Sumatra pebble digunakan untuk menguliti,memotong
menggali,
serta
b) batu pipisan/batu giling digunakan untuk menggiling
obat-obatan atau menggiling zat pewarna untuk hematit
Alat-alat ini ditemukan di
timbunan bukit remis Besuki, Jawa Sumatra Utara dan Nanggroe
Aceh Darussalam serta gua-gua di Jawa Timur.
kyokken yang berarti dapur dankyokkenmodinger berasal darikata (terutama kulit modding
yang berarti sampah. Artinya segala sisa makanan prasejarah" di kerang,
siput, dan remis) yang dibuang. Pada "garis pantai membentang kawasan
timur Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatra Utara pantai dari Lhokseumawe sampai
Medan (sekitar 40-50 km dari garis sekarang), ditemukan timbunan/bukit remis
yang diduga sebagai timbunan yang tinggal di rumah sisa makanan dari manusia panggung dari garis pantai timur Nanggroe Aceh
Darussalam dan Sumatra Utara yang landai. Pada timbunan kulit kerang ini
ditemukan fosil kapak sumatra, dan batu pipisan
2) Alat-Alat Budaya Abris Sous Roche
Alat-alat budaya yang ditemukan dalam abris sous ini banyak
ditemukan roche sebagai berikut.
a) Serpih berupa
pisau dan gurdi dari batu. Alat ini ditemukan di Sulawesi Selatan, Flores, dan
Timor gua-gua sulawesi selatan,flores, dan timor
b) Alat-alat tulang berupa belati, sudip, mata kail, dan
penusuk. Alat ini ditemukan di Jawa Timur, Bali, dan Sulawesi Selatan.
3. Masa Bercocok Tanam
Masa pleistosen berakhir, berganti dengan masa holosen. Hal
itu ditandai dengan naiknya permukaan laut sehingga daratan menyempit dan iklim
menjadi lebih panas (kering) Seiring dengan pertambahan manusia purba di bumi wilayah
perburuannya pun bertambah sempitBerburu sudah tidak dapat lagi digunakan
sebagai matapencarian pokok. Oleh karena itu, mereka berusaha untuk pencahar menghasilkan
bahan makanan sendiri. Usahanya yaitudengan membudidayakan tanaman dan
beternak. Pada masa ini berarti manusia purba sudah mengalami peningkatan yaitu
dari pengumpul makanan food gatherer) menjadi penghasil makanan food producer)
a. Corak Kehidupan Masyarakat
Memasuk 1500 SM, Kepulauan Nusantara menerima kedatangan
migrasi jenis manusia Malayan Mongoloid disebut juga Melayu austronesia berasal
dari kawasan Yunan (cina Selatan). Mereka dominan wilayah bagian barat
Indonesia, sedangkan Australomelanesid tergeser ke arah timur Disusul kemudian dengan
pembauran antara kedua jenis manusia tersebu Mereka memasuki Indonesia melalui
dua alur sebagai berikut
1) Jalur Selatan
Yunan-Thailand-Semenanjung Malaka
(Malaysia)-Sumatra-Jawa-Bali lombok flores sulawesi Selatan
2)Jalur Timur
Yunan-Vietnam-Taiwan-Maluku-Sulawesi Utara/PapuaBangsa
Melayu austronesia datang dengan membawa kepandaian bercocok tanam di ladang.
Tanaman-tanamannya terbagi dalam dua macam
1) Tanaman usia seperti keladi, labu air, ubi rambat, dan
padi gaga
ladang)
2) Tanaman usia panjang, seperti sukun, pisang. dan kelapa.
Sebagai sumber
makanan tambahan, mereka tetap meramu sagu
Sebagai petani dan peternak, mereka memerlukan kebersamaan
yang tinggi untuk menebang hutan, membakar semak, menaburlmenanam benih,
memetik hasil ladang, mendirikan rumah, dan menyelenggarakan upacara. Gotong
royong semakin nyata dalam kehidupan bercocok tanam. Untuk mengatur kehidupan bersama,
mulai terlihat peran para pemimpin primus interpares yang utama dari
sesamanya), yaitu Ketua SukuwRatu/Datuk.
1) Ratu Datuk
Gelar primus interpares di Nusantara adalah Ratu atau
Datulky. Hatu atau Datulky, berasal dari kata rada yang artinya terhormat, dan
tu yang artinya orang. adi, arti kata Ratu atau Datutk) orang yang patut
dihormati karena kepemimpinannya, kecakapannya kesetiaannya, dan pengalamannya.
Mereka juga sudah terampil membuat gerabah, anyaman, pakaian, dan babkan
perahu.
2) Gerabah
Gerabah dibuat dari bahan tanah liat dicampur pasir.
Teknologinya masih sederhana, dengan tekrik tangan dikombinasi teknik tatap
sehingga hasilnya masih kasar dan tebal. Hasil-hasil gerabahnya berupa periuk,
cawan, piring, dan pedupaan Gerabah-gerabah ini berfungsi sebagai wadah makanan,
minuman maupun alat keperluan upacara. Gerabah zaman ini banyak ditemukan di Kendeng
lembu, Banyuwangi Jawa Timur. Kalumpang dan Minanga, Sippaka Tengah), Danau
Poso (Sulawesi Tengah), serta Minahasa (Sulawesi Utara)
3) Anyam-anyaman
Bahan untuk anyaman dibuat dari bambu, rumput, dan rotan. Teknologinya dengan teknik anyam
dan pola geometrik. Fungsinya sebagai wadah barang barang rumah tangga
4) Pakaian
Berdasarkan temuan alat pemukul kulit kayu di Ampah, Kalimantan
Selatan Sippaka (Poso, Sulawesi diduga
di Minan dikenal pakaian yang dibuat dari tenunan serat kulit kayu. Bahan lain
yang serat abaka (sejenis pisang) dan rumput doyo
5) Perahu/Teknik Membuat Perahu
Teknik pembuatan perahu masih sederhana Pembuatan perahu
menggunakan bahan sebatang pohon. Namun, tidak semua jenis pohon dipergunakan
sebagai perahu. Contoh pohon yang dapat digunakan sebagai perahu yaitu benda meranti,
lanang, dan kedondong. Pohon yang telah dipilih sebagai bahan pembuatan perahu,
pene- bangannya harus didahului upacara. Pembuatan perahu dimulai dari sisi
luar. Sesudah
isi luar, sisi dalam dikeruk dengan memerhati kan ujung
pasak yang dipakukan dari sisi luar agar cadi ketebalan dinding perahu sama
tebal. Jika luas perahu ingin dikembangkan, caranya sebagai berikut.
a) Perahu diisi air
b) Bagian bawahdipanasi dengan api sehingga dinding perahumengembang
Baca Juga : Materi Sejarah Asal Usul Manusia Indonesia
c) yang sudah mengembang tidak kembali dinding perahu
semula, perahu tersebut diganjal dengan potongan papan kayu melintang Agar
perahu tidak terbalik pada sisi perahu dipasang Cadikkatiksebagai penyeimbang.
Untuk menggerakkan perahu dapat dipasang layar. Biasanya. yang digunakan sudu bahasa
Jawa
Pada saat itu sudah dikenal perdagangan dengan sistem barter
atau menukar Besar kecilnya nilai barang pengganti ditentukan dan disepakat berupa
bersama. Kuat dugaan bahwa pada saat itu sudah dikenal alat penukaran kulit
kerang yang indah. Bahan-bahan yang ditukar antara lain:
a) ramuan hasil hutan
b) hasil pertanian/peternakan
C) gerabah, beliung, perhiasan, dan perahu serta
d) garam ikan laut.
b. Kepercayaan
Bangsa Melayu austronesia mengenal kepercayaan dan upacara
pemujaan kepada arwah nenek moyang atau para leluhur. Para leluhur yang
meninggal dikuburkan dengan upacara penguburan. Ada dua macam cara sebagai
berikut.
1) Penguburan Langsung
Mayat hanya dikuburkan sekali, yaitu langsung dikubur di
dalam tanah atau diletakkan dalam sebuah wadah kemudian dikuburkan di dalam
tanah dengan upacara. Cara meletakkan mayat ada dua cara, yaitu
a) membujur, dan
b) terlipat meringkuk.
Penempatan mayat pada tiap-tiap posisi selalu dibaringkan
mengarah ke tempat roh atau arwah para leluhur (misalkan dipuncak gunungl.
Sebagai bekal dalam perjalanan ke dunia roh, disertakan bekal kubur yang
terdiri atas seekor anjing, unggas, dan manik-manik. Semuanya itu ditempatkan pada
periuk atau pinggan dan lain-lain. Contoh penguburan seperti ini adalah penguburan
di Anyer Jawa Barat) dan di wangan, Rembang Jawa Tengah)
2) Penguburan Tidak Langsung
Penguburan tidak langsung biasa dilakukan di Melolo (Sumba) Gilimanuk
(Bali), Lesung Batu (Sumatra Selatan), dan Lomblen Flores (NTT) dikubur Cara
penguburan tidak langsung, yaitu mula-mula madi dalam tanah tanpa upacara.
Setelah diperkirakan sudah menjadi kerangka tersebut dicuci mayat yang sudah
dikubur tersebut digali lagi kadang-kadang diberi hematit pada bagian
persendian. Kemudian, kerangka tersebut diletakkan dalam wadah tempayan atau
sarkofagus. Namun, kadang kadang kerangka tersebut tidak diberi wadah. Setelah
itu, kerangka tersebut dikubur lagi disertai upacara penguburan Ada kepercayaan
bahwa seseorang yang telah mati itu jiwanya berada di dunia roh. Dalam dunia
roh tersebut, tiap orang mempunyai tempat yang berbeda. Perbedaan tempatnya
tersebut berdasarkan pada
a) perbuatan selama masih hidup, dan
b) besarnya upacara kematian atau penguburan yang
diselenggarakan. Puncak upacara adalah untuk melapangkan jalan bagi si mati ke
dunia roh, yang ditandai dengan mendirikan bangunan batu besar (megalith)
c. Bangunan-Bangunan Megalith
Kata megalith berasal dari bahasa Yunani, Mega artinya besar
dan lithos artinya batu. Maksudnya, bangunan yang dibuat dari batu besar.
Bangunan mega lith dibuat dan digunakan untuk penghormatan dan pemujaan roh
para leluhur. galith dibangun atas dasar konsep-konsep sebagai berikut.
1) Kepercayaan hubungan antara yang masih hidup dengan yang
sudah m
2) Pengaruh yang kuat dari yang sudah mati terhadap
kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanah.
Bangunan megalith ini mulai dibangun pada masa tanam dan berlanjut
sampai dengan masa bangunan sebagai berikut.
1) Punden Berundak
Punden dak adalah bangunan pemujaan para leluhur berupa
bangunan a bertingkat dengan bahan dari batu. Di atas bangunan tersebut biasa
didirikan menhir. Bangunan ini banyak dijumpai di Kosala dan Domas Cisolok
(Sukabumi), serta Pugungharjo (Lampung).
2) Menhir
Menhir (men batu; hir berdiri) adalah bangunan berupa batu
panjang yang didirikan tegak menjulang sebagai media atau sarana penghormatan,
sebagai tempat roh, sekaligus lambang dari si mati. Menhirbanyak ditemukan di
Sumatra Selatan, Jawa Barat, dan Sulawesi Tengah. Dalam upacara pemujaan menhir
juga berfungsi sebagai tempat untuk menambatkan hewan kurban. Tempat-tempat
penemuan menhir di Indonesia, yaitu Pasemah (Sumatra Selatan), Pugungharjo
(Lampung), Kosala, Leba Sibedug, Leles, Karang Muara, Cisolok (Banten, Jawa Barat),
Pekauman Bondowoso (Jawa Timur), Trunyan dan Sembiran (Bali), Ngada (Flores),
Belu ITimor), Bada-Besoha dan Tana Toraja (Sulawesi Tengah dan Sulawesi
Selatan)
3) Dolmen
batu) adalah batu besar dengan permukaan Dolmen (dolmen rata
sebagai tempat meletakkan sesaji, sebagai pelinggih roh, dan menjadi tempat
duduk ketua suku agar mendapat berkat magis dari leluhurnya. ini dapat
ditemukan di Pulau Samosir (Sumatra Utara), Pasemah (Sumatra Selatan), Leles
(Jawa Barat), serta Pekauman dan Pakian diBondowoso Jawa Timur)
4) Sarkofagus
Sarkofagus adalah peti mati, dengan posisi mayat berbaring
meringkuk yang terbuat dari satu batu utuh, terdiri atas wadah dan tutup.
Sarkofagus banyak ditemukan di Indonesia terutama di Bondowoso Jawa Timur) dan
Bali. Guna melindungi roh si mati dari gangguan gaib, pada sarkofagus sering
dipahatkan motif kedok topeng dalam berbagai ekspresi. Sarkofagus adalah
"perahu roh" untuk membawa roh berlayar ke dunia roh
5) Kubur Batu
Seperti sarkofagus tetapi dibuat dari papan-papan batu.
Banyak ditemukan di Pasemah (Sumatra Selatan) dan Kajar, Gunung Kidul (DIY)
6) Arca Batu
Beberapa arca sederhana yang menggambarkan para leluhur
binatang gajah kerbau, monyet). Arca batu ditemukan di Sumatra Selatan, Jawa
Barat, dan Sulawesi, Arca batu di Pasemah (Sumatra Selatan), oleh masyarakat di
sekitarnya dikaitkan dengan legenda tentang Si Pahit Lidah. Temuan arca batu
tersebut berasal dari Batu Raja dan Pager Dewa (Lampung), Kosala, Lebak
Sibedug, dan Cisolok (Jawa Barat), Pekauman Bondowoso jawa Timur), serta
Bada-Besoha (Sulawesi Tengah)
7) Waruga
Waruga berpenampilan dan berfungsi seperti sarkofagus,
tetapi dengan posisi mayat jongkok terlipat. Waruga hanya ditemukan di
Minahasa. Selain sudah mengenal upacara perkabungan sehubungan dengan kematian,
bang Melayu austronesia sudah mengenal tradisi pengayuan, fetisisme, dan mutilisi
(asah gigi, tindik telinga, potong rambut, cabut gigi, dan sunat
d. Alat
Pada masa bercocok tanam dan beternak, alat-alat
dipergunakan untuk membantu bercocok tanam. Alat-alatnya masih menggunakan
bahan batu dan kayu. Namun, kemudian juga dikenal bahan dari tanah liat Teknik
pembuatannya sudah dikerjakan dengan baik. Alat-alat dihaluskandengan diasah
atau diupam dan teknik penggunaannya sudah memakai tangkai Pengasahan alat-alat
dari batu ini tidak dilakukan atas seluruh permukaan, tetapi bagian yang
tertutup oleh tangkai dibiarkan sedikit agak kasar agar memiliki daya kait yang
lebih kuat Jenis alat yang dipergunakan pada masa bercocok tanam dan beternak
sebagai berikut
1) Kapak Persegi
Disebut kapak persegi karena kapak ini dibuat dalam
penampang persegi. Macam- macam kapak persegi, yaitu beliung, cangkul dan
tatah. Bagian yang tajam dari kapak persegi diasah miring (ingat cara mengasah pahat).
Kapak diberi tangkai dengan teknik mengikat. Cara memakainya seperti jika kita memakai
cangkul atau kapak perajin kayu sekarang
Fungsi kapak persegi sebagai berikut.
a) Sebagai beliung, digunakan untuk memotong kayu (membuat
perahu misalnya)
b) Sebagai cangkul, digunakan untuk mengolah tanah
c) Sebagai tatah, digunakan untuk memotong kayu
Kapak persegi ini ditemukan tersebar di bagian barat
Indonesia dari Sumatra (Bengkulu, Sumatra Selatan, dan Lampung), Jawa Barat,
Bali, NTT (Solor, Adonara), Sulawesi Tengah, serta Ternate. Kecuali kapak
persegi yang sudah diasah, ditemukan pula kapak persegi yang belum diasah.
Kapak ini diduga sebagai barang dagangan. Sentra pembuatan kapak persegi
setengah jadi antara lain di Bunga Mas (Sumatra Selatan); Pasir Kuda, Bogor dan
Karangnunggal, Tasikmalaya Jawa Barat, Karangbolong, Kebumen Jawa Tengah) serta
Punung, Pacitan dan Kendeng lembu, Banyuwangi Jawa Timur)
2) Lonjong
Disebut kapak lonjong karena dibuat dalam penampang lonjong.
Jenis kapak ini banyak ditemukan di kawasan timur Indonesia antara lain
Sulawesi Sangihe Talaud; Flores, Maluku, Leti, Tanimbar, dan terutama di Papua Bagian
yang tajam diasah dari dua sisi dan diberi tangkai dengan posisi seperti kapak
penebang kayu sekarang.
3) Mata Panah
Alat ini banyak ditemukan di Maros dan Kalumpang (Sulawesi
Selatan) Gua Sampung dan Gua Lawa di daerah Tuban, Bojonegoro, serta Punung Jawa
Timur)
4) Gurdi dan Pisau
Gurdi dan pisau neolitik banyak ditemukan di kawasan tepi
danau. Misalnya di Danau Kerinci (Jambi): Danau Bandung, Cangkuang, Leles, Danau
euwiliang Jawa Barat): Danau Tondano. Minahasa (Sulawesi Utara), dan sebuah
danau di Flores Barat.
5)Perhiasan
Perhiasan neolitik ini dibuat dari batu mulia, berupa
gelang, banyak ditemukan di Jawa Barat (Tasikmalaya, Cirebon, dan Bandung)
6) Gerabah
Gerabah adalah alat-alat atau barang-barang yang dibuat dari
tanah lia
4. Masa Perundagian
Pada masa perundagian (undagi tukang), manusia purba sudah
mengenal bijih logam. Mereka sudah lebih berpengalaman sehingga dapat mengenali
bijih bijih logam yang dijumpai meleleh di permukaan tanah. Bijih logam yang
ditemuka terutama berasal dari tembaga. Kemudian mereka membuat alat-alat yang dari
bahan bijih logam yang ditemukan. Teknologi logam kuno yang terdapat di Indonesia
dipengaruhi oleh Vietnam. Hasil teknologi ini dikenal dengan Budaya Dong Son.
Selain itu, Thailand juga merupakan negara asal teknologi logam kuno
a. Corak Kehidupan
Masyarakat
pada saat berlangsungnya proses pembauran antara pendatang
Melayuaustronesia dari Yunan Selatan dengan Australomelanesid pada sekitar tahu
300 SM, tibalah gelombang II emigran Melayir austronesia yang berasal dari Dong
Son vietnam sekarang. Kebudayaan bangsa Melayu austronesia gelombangII ini
setingkat lebih maju daripada emigran bangsa Melayu austronesia gelombang i.
Mereka telah menguasai teknologi sebagai berikut.
1) Teknologi pertanian basah, yaitu bersawah
2) Teknologi metalurgi pengecoran logam.
Teknologi pertanian basah dikembangkan bersama dengan
teknologi pengairan. Mereka belum mengenal usaha untuk mempertahankan kesuburan
tanah dengan cara pemupukan, tetapi dilakukan melalui upacara magis fertility
cult. Teknolog metalurgi setidak-tidaknya mencakup dua teknik pokok, yaitu
teknik pengambilan logam dan teknik pengolahan barang logam.
Permukiman atau desa yang mereka bangun menyebar di segala
tempat. Permukiman itu bar mulai dari tepi pantai sampai ke pedalaman di
gunung-gunung. Pembangunannya lebih teratur, dipagar dengan tempat penguburan
di luar per- mukiman.
Selain pengerjaan tanah dan pengerjaan logam, pada masa
perundagian mereka juga sudah mengenal hal-hal berikut: permainan gamelan (alat
musik), astronomi, metrik (ukuran), tata pemerintahan, teknik membatik, dan
pelayaran
b. Alat
Pada masa perundagian telah dikenal bahan untuk membuat
barang berupa logam. Logam untuk membuat barang-barang tersebut adalah perunggu
dan besi Logam perunggu dihasilkan dari campuran tembaga dan timah Ada beberapa
teknologi untuk membuat barang dari logam yaitu teknik tempa, acire
perduelcetak lilin, dan bivalve setangkuplcetak ulang. Dalam teknik pengecoran
logam, ada dua macam cara pengerjaan yaitu teknik tempa dan teknik tuang cetak.
Teknik ini ada dua cara yaitu teknik cetak lilin (a cire perdue) hanya dapat
digunakan satu kali dan teknik cetak setangkup (bivalve) dapat digunakan berkali-kali
C. Jenis Barang/Alat Peninggalannya
Jenis-jenis barang atau alat yang menjadi peninggalan dari
masa perundagian terbuat dari perunggu, besi, dan tanah liat.
1) Bahan Perunggu
Barang-barang peninggalan yang terbuat dari bahan perunggu
sebagai berikut
a) Nekara
Nekara adalah genderang perunggu. dengan membran satu.
Berdasarkan hiasan yang terdapat dalam beberapa nekara, benda ini diduga
digunakan untuk memanggil roh para leluhur untuk turun ke dunia dan memberi
berkah dan memanggil hujan. Nekara ini ditemukan di Pejeng dan Bebitra (Bali), Sumatra,
NTT, Weleri (Jawa Tengah), serta Banten
b) Kapak Corong
Disebut kapak corong karena kapak dari perunggu ini
bentuknya seperti corong. Kapak ini disebut juga kapak sepatu (karena berbentuk
seperti sepatu). Fungsinya tetap sama seperti kapak sebelumnya, yaitu untuk memotong
kayu. Kapak ini banyak ditemukan di Sumatra Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Selatan, dan di Papua
c) Arca Perunggu
Arca-arca berupa manusia dan binatang ditemukan di
Bangkinang (Riau), Palembang, Bogor, dan Lumajang Jawa Timur)
d) Bejana Perunggu
Bejana perunggu berbentuk seperti kepis (wadah ikan pada
pemancing) dengan pola hias pilin berganda pada sisi luar. Barang ini telah
ditemukan di Kerinci Jambi dan Asemjaran, Sampang, Madura (Jawa Timur
e) Perhiasan
Perhiasan dari perunggu berupa gelang, gelang kaki,
anting-anting kalung, cincin, dan mainan kalung
f) Senjata
Beberapa mata tombak dan belati perunggu ditemukan di
Prajekan Uawa Timur) dan Bajawa (Flores)
2) Bahan Besi
Bahan besi seharusnya berjumlah lebih banyak. Namun, karena
sifatnya mudah dimakan karat, maka barang-barang tersehut justru hanya
ditemukan sedikit. Barang-barang tersebut berupa mata alat tenun, pisau sabit tembilang,
pedang, dan tombak.
3) Bahan Tanah Liat
Pada zaman perundagian, teknik pembuatan barang-barang dari
tanah liat gerabah) telah lebih maju jika dibandingkan dengan pembuatan gerabah
pada zaman bercocok tanam. Pekerjaannya lebih halus lebih tipis. Selain menggunakan
tatap, mereka juga sudah menggunakan pelarikan/roda berputar. Pusat pembuatan
gerabah terdapat di Gilimanuk (Bali) dan Melolo (Sumba)
Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat Indonesia
1.Kepercayaan Terhadap Roh Nenek Moyang Perkembangan sistem kepercayaan pada masyarakat Indonesia berawal dari kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan. Pada umunya
mereka hidup berpindah-pindah. Namun, dalam perkembangannya mereka mulai menetap, menetap di goa-goa yang di tepi pantai atau di pedalaman. Orang mulai memiliki pandangan bahwa hidup tidak berhenti setelah orang meninggal. Orang yang meninggal dianggap pergi ke suatu tempat yang lebih
baik. Inti kepercayaan terhadap roh nenek moyang terus berkembang dari zaman-zaman.
2. Kepercayaan Bersifat Animisme
Animisme merupakan kepercayaan masyarakat terhadap benda yang dianggap memiliki roh atau jiwa.
Awal munculnya kepercayaan ini didasari dari berbagai pengalaman masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu muncul kepercayaan terhadap benda-benda pusaka yang dipandang memiliki roh yang dianggap dapat memberi petunjuk tentang berbagai hal yang berkembang dalam masyarakat. Contohnya sebilah keris yang dianggap pusaka. Kepercayaan seperti ini masih berkembang hingga sekarang.
3. Kepercayaan Bersifat Dinamisme
Dinamisme adalah kepercayaan bahwa setiap benda memilki kekuatan gaib. Contohnya batu cincin dipandang mempuyai kekuatan untuk melemahkan lawan.
4. Kepercayaan Bersifat Monoisme
Monoisme adalah kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kepercayaan ini muncul berdasarkan pengalaman-pengalaman dari masyarakat.
// kode iklan
jangan lupa iklannya diklik ya, to "Materi Sejarah Kehidupan Awal Masyarakat Indonesia"
Post a Comment