// kode iklan
*/
Sejarah Berdirinya Candi Mendut
Candi Mendut
1. Lokasi
Candi Mendut yang berada di ujung utara dari
ketiga candi itu boleh dikatakan merupakan pintu masuk menuju candi Pawon dan
candi Borobudur terletak di desa Mendut, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang.
Pintu masuk Candi Mendut menghadap ke arah barat, sama dengan candi Pawon. Banyak
pengamat belum bisa menebak misteri mengapa candi itu menghadap ke barat.
Sampai sekarang hanya berupa praduga-praduga yang dihubungkan dengan asal usul
pendirian candi, makna sesungguhnya belum dapat diketahui dengan pasti. Ada
yang mengaitkannya dengan tempat kelahiran sang Buddha. Mungkin hal ini
dimaksudkan untuk mengenang keberhasilan beliau dalam menyebarkan agama Buddha
Arah Hadap pintu candi mungkin melambangkan harapan
pembuatcandi akan tempat di mana sang Buddha pertama kali menerima wahyu, di Taman
Kijang Pendapat yang demikian itu akan memberikan pegangan serti arah hidup
bagi pemeluknya pada saat menjalankan upacara keagamaan.
wikipedia.org |
Para ahli purbakala
sampai sekarang belum sependapat tentang masa pendirian candi Ada yang
mengatakan candi Mendut dibangun pada masa pemerintahan Raja Indra dan dinasti
Cailendra pada abad ke-8 atau ke-9 Namun ada yang berpendapat candi Mendut
didirikan lebih dahulu dari candi Borobodur dan sebaliknya. Hal ini menunjukkan
ketidakpastian karena belum ditemukan tulisan atau prasasti yang menyebutkan
tentang berdirinya candi tersebut Menorit sejarah, sekitar lahun 1836 seluruh
bangunan candi Mendut diketemukan kecuali bagian ataptiya Candi tersebut
ditemukan dalam keadain terlumbun semak belukar, mungkin akibat letusan Gunung
Merapi atau gempa bumi Candi tersebut lama baru dapat diketemukan, itupun
secara tidak sengaja Hal ini dapat dimaklumi karena penebaran penduduk yang
belum merata mungkin pula karena terbatasnya
jumlah penduduk yang mendiami lokasi tersebut Hal itu
bisa pula terjadi karena struktur tanah yang kurang subur. sehingga daerah
enebut dianggap kurang menguntungkan untuk dijadikan pemukiman Setelah candi
itu dapat ditampakkan dan pencarian utu-batuasli sudah buiiyak yang dapat
diketemukan kembali meskipun belum selu pada tahun 1887 diadakan unuhnya
baikan, baik pada tubuh maupun kaki candi Hasil perkan tersebut boleh dikatakan
belum sepeni yang dihaaplan karena berbagai hambatan yang dialami pada masa
itu Kemudian oleh van Erp, pada tahun 1908 perbaikan
candi Mendut dilanjutkan lagi bersamaan dengan candi Borobudur yang juga sedang
diperbaiki Perbaikan kedua candi itu ternyata tidak bisa berjalan dengan lancar
dan mendapat kendala, sehiagga tidak dapat dilanjutkan Kemdalanya adalah tidak
tersedianya dana pada waktu itu. Hal dapat dimaklumi karena bangsa merlukan
dana yang tidak sedikit untuk menyelamatkan bangsanya, apalagi bangsa Indonesia
sedang berjuang untuk merebut kemerdekaan dari tangan kaum penjajah. Setelah
kurang lebih 38 tahun, maka pada tahun 1925 perbaikan candi Mendut dilanjutkan
2. Susunan dan Relief Candi
wikipedia.org |
Susunan candi Mendut sama seperti candi lainnya,
yaitu terdiri dari kaki, tubuh dan puncak atau atap. Pada kaki candi Mendut
terdapat selasar atau jalan untuk mengelilingi candi Selasar itu dibuat agak
lebar, disediakan bagi para pengunjung yang mengitari canditersebut, sehingga
mereka dapat bersama-sama melihat dari dekat. Selain itu, kaki candi dihiasi
dengan omamen-omamen yang dilukiskan pada bidang-bidang yang berjumlah 31 buah.
Ornamen yang dipahatkan pada setiap bidang bermotifkan bunga. Pahatan menonjol
yang berbentuk bunga teratai masih baik keadaannya. Selain itu dipahatkan pula
bentuk sulur-suluran yang kelihatan indah dan masih baik pula Tubuh candi juga
penuh dengan berbagai hiasan, baik binatang, bunga, maupun arca arca yang
semuanya mempunyai maksud maksud Tersendiri. Pada sebelah kanan pintu masuk ke bilik
atau ruang candi terdapat relief Kuvera/Yaksha Panchika/Atavika.
Dalam relief
itu ia digambarkan sebagai figur seorang laki-laki yang dikelilingi anak-anak
Pakaian yangdikenakannya menunjukkan ciri-ciri seorang bangsawan. Ia duduk di
atas tempat yang ditinggikan dengan kaki sebelah kanan berada di bawah tangan
serta tangan kanannya terletak di atas lutut kaki kanan Anak-anak digambarkan
sedang bermain-main dan memanjat pohon dan ada yang sedang memetik buah. Di
bawah tempat duduk laki-laki tersebut terdapat kendi-kendi yang penuh dengan
uang (Kendipenuh dengan uang adalah salah satu atributdari dewa Kuvera dewa
kekayaan.) uvera yang juga dikenal dengan sebutan Yaksha Panchika atau Atavika
ini pada awalnya adalah seorang yaksha atau raksasa yang gemar memangsa
manusia, tetapi setelah bertemu dengan sang Buddha ia bertobat dan berubah
menjadi pelindung anak-anak. Kisah tersebut sama dengan Hariti, karena
dikisahkan Hariti dan Yaksha Panchika adalah pasangan suami isteri. Di sebelah
kiri pintu masuk menuju ke bilik atau ruang candi terdapat relief Haritisedang
duduk sambil memangku anaknya.
Di dalam relief itu ia digambarkan sebagai seorang
wanita yang memakai busanadan perhiasan khas bangsawan Di pangkuannya duduk
seorang anak kecil Disekelilingnya terdapat anak-anak yang bermain-main,
memanjat pohon. dan memetik buah. Dalam mitologi agama Buddha, Hariti adalah
seorang raksasa atau yaksha yang gemar makan daging manusia, terutama
anak-anak. Setelah bertemu dengan sang Buddha ia bertobat dan berubah menjadi
pelindung anak-anak dan kesuburan. Figur pelindung anak-anak dan kesuburan di
Bali juga ada dan dikenal dengan nama MenBrayur (Fertiliry Goddes Pada tubuh
candi sebelah selatan terdapat relief Bodhisattva Avalokitesvara dan raktinya,
Dewi Tara. Relief Avalokitesvara digambarkan pada bagian tengah panel. duduk di
atas padmasana. Di samping kanan dan kirinya dudukçaktinya atau istrinya, yaitu
Dewi Tara. Di bawah panel ada gambar kolam atau danau yang banyak ditumbuhi
bunga teratai. Dalam mitologi agama Buddha relief ini mengandung cerita
kelahiran dewi Tara di dunia. Sang Bodhisattva Avalokitesvara terharu dan sedih
melihat kesengsaraan manusia di dunia.
Ia meneteskan air matanya yang kemudian
berubah menjadi sebuah kolam atau danau yang penuh dengan bunga teratai. Di
atas daun dan tangkai bunga teratai tersebut kemudian muncullah Dewi Tara, yang
menolong manusia dari kesengsaraan di dunia Relief yang menghadap ke timur pada
tubuh candi Mendut yaitu relief Bodhisattva. Pada relief tersebut Bodhisaltva
digambarkan berdiri di atas tempat yang ditinggikan dengan memakai busana
bangsawan, di belakang kepala nya terdapat prabha atau sinar kedewaan dan
bertangan empat. Tangan kiri sebelah belakang digambarkan memegang kitab,
tangan kanan sebelah belakang memegang tasbih, kemudian di depan sebelah kiri
terdapat tangkai bunga lotus yang keluar dari dalam kendi air (kamandalu) Pada
tangan sebelah depan menggambarkan sikap vara Pada tubuh candi di sisi utara
dipahatkan relief tentang Dewi Tara atau Cunda. Pada relief ini Dewi Tara
digambarkan sedang duduk di atas tempat yang ditinggikan. disebelah kanan
kirinya digambarkan dua figur laki-laki. Dewi Tara atau Cunda digambarkan
dengan atribut sebagai berikut:
mempunyai 8 tangan: 4 tangan sebelah kiri memegang
ranka, wajra, cakra, dan tasbih, 4 tangan sebelah kanan memegang sebuah
mangkok, kapakang kusa (tongkat pawang gajah), dan kitab Mempunyai prabha atau
sinar kedewaan di bagian belakang kepalanya. Busana yang dikenakan menunjukkan
ciri seorang bangsawan. Dua figur laki-laki yang mengapitnya berbusana
bangsawan Disebelah kanan pintu masuk candi Mendut dipahatkan relief
Sarvanivaranaviskhambi. Pada relief tersebut
Sarvanivaranaviskhambi digambarkan dengan posisi berdiri di bawah sebuah
payung Busana yang dipakainya adalah busana bangsawan, di bagian belakang
kepalanya Tentang atap candiMendut bagian-bagian yang nuntuh banyak yang hilang
dan belum ditemukan kembali. Atap candi itu terdiri dari tiga tingkat yang
ditutup dengandagab yang besar. Bagian-bagian yang kelihatan nasib baik dan
terletak pada posisinya serta belum berubah
3. Arca dalam Bilik Candi
wikipedia.org |
Apabila memasuki ruangan atau bilik candi Mendut,
kita akan melihat 3 buah area yang masing-masing mempunyai ukuran berbeda Arca
itu masih kelihatan baik dan belum rusak Area yang menghadapke arah
baraladalaharca Buddha Çaky amuni, Posisi arca Buddhaçakyamunitersebutduduk.
kedua kaki menjulurke bawah dan sikap tangannya diam acakramudra yang
melambangkan sedang memutar roda undang-undang. Dalam hal ini sang Buddha
dilukiskan sebagai cak yamuni yang sedang mengajar Untuk memberikan tekanan
akan maksud itu, pada sang Buddha dilukiskan roda ajaran di tengah kijang-kijang
dari readawa di Benares, tempat sang Buddha memberikan ajaran duniawi yang
pertama pada waktu matahari mencapai tempatnya yang tertinggi di angkasa.
Çakyamuni dalam alaman hidupnya disamakan dengan mitos cakrawarin, dengan
mahapurusa, dengan Brahma Narajana, dengan Wisnu kuning keemasan yang amat
subur, pemegang roda matahari. Dalam legenda Buddha roda ajaran,rodapenitisan
atau roda reinkamasi Buddha Çakyamuni dinyatakan pula sebagai Manjusri, Buddha
Suci, yang dianggap Tuhan. Di sebelah kanan arca Buddha, terdapat arca yang
masih utuh sedang duduk di atas lotus menghadap ke selatan, yang dinamakan arca
Bodhisattva Avalokitesvara. Arca Bodhisattva Avalokitesvara mempunyai ciri-ciri
bersikap duduk, kaki kanan menjulur ke bawah dan ditempatkan pada bantalan
lotus kecil, lonjong, kaki kirinya dilipat kedalam, telapak tangan menyentuh
bagian paha kanan Cara duduk arca ini berbeda dengan sang Buddha, yang kedua
kakinya menjulur ke bawah.
Leher arca ini dihias dengan kalung mutiara rangkap,
dihiasi selempang yang menggelantung dari bahu kanan ke bawah dan disimpulkan
di dada serta diikat ke belakang. Selain itu dilengkapi dengan hiasan lainnya,
yaitu kelat bahu bermutiara, gelang serta hinggel yang mempunyai arti
tersendiri atau mungkin untuk menambah keindahan Kain penutup paha diikat
dengan ikat pinggang berceplok di tengah Tangan kanan terbuka diletakkan di
paha dalam sikap varamudra, tangan kiri Arca yang menghadap ke arah utara atau
di sebelah kiri Sang Buddha adalah arca Bodhisattva Vajrapani. Posisi tangan
arca Bodhisaltva Vajrapani ini adalah simhakarna-muddra, yaitu semacam
vitarkurmudra denganjari-jari tertutup. tangan kiri dalam sikap luwes dan tidak
menunjukkan ketegangan Area ini memakai kirita makuta. Hiasan lainnya seperti
kalung, kelat bahu, gelang, binggel sama indahnya seperti hiasan pada
Avalokitesvara. Pada bahu kiri melilit upawita ke bawah. Duduknya seperti
Avalokitesvara, kaki kirinya dijulurkan ke bawah dan diletakkan di atas
bantalan lotus kecil lonjong Kaki kanan dilipat dengan telapak kaki menyentuh
paha. Arca yang berada dalam bilikcandi semuanya memakaiprabha.
Di samping itu
di bagian bawah sebelah kanan kiri tempat duduk terdapat hiasan makara, yang
disangga oleh singa jantan berdiri tegak. Di situ terlihat juga gajah sedang
menderum. Singa dan gajah merupakan perlambang dunia kebuddhaan. Penutup Daerah
sekitar candi Borobudur Pawon dan Meodut dahulu merupakan kawasan kerajaan kuno
yang sangat besar. Ternyata pada zaman itu telah dikenal teknologi tinggi dan
boleh dischutsudah mengalami suatu peradaban yang tinggi. Adanya bukti berupa
peninggalan bangunan yang besar lagimegah pada abad ke-8 dengan gayaarsitektur
yang indah, memberi kesan bahwa para leluhur tolnh memiliki teknologi canggih
dalam seni bangunan.
wikipedia.org |
Hal ini sekaligus menandai kejayaan serta kemakmuran
masyarakat Jawa Kuno pada umumnya Sayang sekali saatini kitahanya dapat melihat
sebagian hasil karya para leluhur yang tersisa, namun masih ada kesan
seolah-olah bangunamitu tidak akan runtuh sepanjang masa. Ada pula yang tinggal
sisa-sisa atat fondasi dari bangunan, baik yang dibuat dari batu andesit maupun
batu merah Sedangkan peninggalan yang terbuat dari bahan selain batu, yang
mempunyai nilai seni tinggi ielah lenyap. entah dimakan usia atau dirampas
orang-orang yang tidak bertanggung jawab demi kepentingan pribadi. Bilamana
puing-puing yang tersisa masih kita miliki dalam keadaan lengkap dan utuh maka
setidak-tidaknya akan diperoleh gambaran tentang model tata kota kuno,
kehidupan sosial budaya dan kehidupan ekonomi serta teknologi pada zaman
tersebut.
Dari sejumlah peninggalan kuno berupa candi yang tersebar di daerah
Borobudur, dapat diketahui bahwa dahulu warga masyarakat setempat telah
berhasil mengembangkan dan menerapkan teknologi canggih untuk membangun candi
besar dengan gaya arsitektur tinggi. Keindahan relief yang dipahatkan, baik
pada kaki, tubuh maupun atap candi mempunyai makna. Hal ini menandakan bahwa
masyarakat pada waktu itu sudah mempunyai kemampuan serta pengetahuan tinggi
sehingga dapat mengekspresikan dalam bentuk relief yang indah. Bangunan yang
berdiri sarat dengan makna yang telah tertimbun tanah berabad-abad lamanya
seperti candi Borobudur, Pawon dan Mendut sampai sekarang belum dapat
dipastikan kapan didirikan dan siapa pendirinya. Sementara sumber-sumber atau
prasasti yang dipakai sebagai dasar untuk menentukan kapan, di mana, untuk
siapa dan raja yang memerintah belum mampu memberikan keterangan secara
lengkap. Itulah salahsatu keunikan dari sekian permasalahan dalam mengungkap
sejarah kuno.
// kode iklan
jangan lupa iklannya diklik ya, to "Sejarah Berdirinya Candi Mendut"
Post a Comment