// kode iklan
*/
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR ANATOMI DAN FISIOLOGI TERNAK
THERMOREGULASI DAN PENGARUH SUHU TERHADAP AKTIVITAS HEWAN POIKILOTHERMIS
Disusun oleh :
xxxxxxxxx
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MERCUBUANA YOGYAKARTA
TAHUN 2015
TERMOREGULASI
I. Tujuan Praktikum
untuk mengetahui suhu tubuh, perbedaan dan perbandingan suhu tubuh serta mengetahui proses perlepasan panas.
II. Dasar Teori
Thermoregulasi adalah proses pengaturan suhu tubuh. Panas tubuh adalah merupakan hasil akhir dari proses oksidasi di dalam tubuh. Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-
elemen dari homeostasis. Bila suhu tubuh naik, maka proses oksidasi akan naik mencapai keadaan maksimum pada suhu optimal.
elemen dari homeostasis. Bila suhu tubuh naik, maka proses oksidasi akan naik mencapai keadaan maksimum pada suhu optimal.
Dipandang dari kemampuannya mengatur suhu tubuh berkaitan dengan produksi panas binatang dibedakan menjadi 2 golongan:
· Binatang Poikiloterm
Suhu tubuh binatang poikiloterm berubah-ubah tergantung pada suhu sekelilingnya, sehingga peoses-proses vital di dalam tubuhnya dipengaruhi oleh perubahan-perubahan suhu lingkungan. Termasuk binatang poikiloterm yaitu pisces, amphibi, dan reptile. Suhu tubuh dari golongan binatang-binatang ini sedikit diatas suhu lingkungannya.
· Binatang Homoioterm
Binatang Homoioterm suhu tubuhnya boleh dikatakan konstan, karena binatang ini mempunyai sentrum pengatur suhu tubuh yang baik.
Penyesuaian fisiologi untuk mempertahankan temperatur tubuh sangat nyata perannya pada binatang homeotherm. Pada hakikatnya, kondisi homeostatis temperatur tubuh bisa tercapai karena adanya keseimbangan antara panas yang dihasilkan serta diterima oleh tubuh (produksi panas) dan panas yang hilang dari tubuh masuk ke lingkungan luar (disipasi panas).
Dalam produksi panas tubuh memperoleh panas sebagai akibat dari aktivitas metabolisme jaringan tubuh dan dari lingkungan luar bila lingkungan luar itu lebih tinggi temperaturnya (lebih panas) ketimbang temperatur tubuh. Bentuk penyesuaian fisiologinya adalah bahwa panas yang dihasilkan oleh tubuh akan meningkat dengan menurunnya temperatur luar. Sebaliknya, temperatur sekitar (ambient temperature) yang tinggi akan menurunkan jumlah panas yang panas yang dihasilkan oleh tubuh. Hal itu dapat dikaitkan melambatnya aktivitas metabolisme, menurunnya luaran kerja, dan menurunnya tonus otot. Secara umum, mekanisme yang berlangsung untuk menghasilkan panas meliputi peningkatan aktivitas metabolisme jaringan, peningkatan aktivitas otot, dan produksi panas (thermogenesis) tanpa aktivitas menggigil.
Panas dari dalam tubuh dapat ditransfer ke lingkungan luar. Demikian juga sebaliknya, panas dari lingkungan luar dapat ditransfer ke dalam tubuh. Kecepatan transfer panas ke dalam atau ke lingkungan luar tergantung pada 3 faktor.
1. Luas permukaan. Luas permukaan per gram jaringan berbandiing terbalik dengan peningkatan massa tubuh.
2. Perbedaan suhu. Semakin dekat seekor hewan memelihara suhu tubuhnya ke lingkungan, makan semakin sedikit panas yang mengalir ke dalam atau ke lingkungan luar.
3. Konduksi panas spesifik permukaan tubuh hewan. Permukaan jaringan poikiloterm memiliki konduktansi panas yang tinggisehingga hewan ini memiliki suhu tubuh mendekati suhu lingkungannya. Suhu tubuh tergantung pada neraca keseimbangan antara panas yang diproduksi atau diabsorbsi dengan panas yang hilang. Panas yang hilang dapat berlangsung secara radiasi,konveksi, konduksi dan evaporasi.
4. Radiasi adalah transfer energi secara elektromagnetik, tidak memerlukan medium untuk merambat dengan kecepatan cahaya.
5. Konduksi merupakan transfer panas secara langsung antara dua materi padat yang berhubungan lansung tanpa ada transfer panas molekul. Panas menjalar dari yang suhunya tinggi kebagian yang memiliki suhu yang lebih rendah.
6. Konveksi adalah suatu perambatan panas melalui aliran cairan atau gas. Besarnya konveksi tergantung pada luas kontak dan perbedaan suhu.
7. Evaporasi merupakan konveksi dari zat cair menjadi uap air, besarnya laju konveksi kehilangan panas karena evaporasi.
Termoregulasi manusia berpusat pada hypothalamus anterior terdapat tiga komponen pengatur atau penyusun sistem pengaturan panas, yaitu termoreseptor, hypothalamus, dan saraf eferen serta termoregulasi.
Suhu tubuh manusia berkisar antara 36,6 C – 36,9 C. Hal ini adalah keadaan seimbang dalam pengeluaran dan pembuatan panas oleh tubuh. Termoregulasi manusia berpusat padahypothalamus anterior terdapat tiga komponen pengatur atau penyusun sistem pengaturan panas, yaitu termoreseptor, hypothalamus, dan saraf eferen serta termoregulasi
I. Metodologi
A. Alat dan bahan
- Thermometer
- penjepit katak,
- arloji (stopwatch),
- kapas, kendi
- Kendi bercat
- Katak
- Air panas
- Beaker glass
B. Cara Kerja
Mengukuran pada mulut. Sekala pada thermometer ditirinkan sampai 0°C, ujung thermometer dibersihkan, kemudian dimasukan pada mulut dengan cara meletakan thermometer dibawah lidah dan mulut ditutup rapat. Setelah 10 menit skla dibaca. Dengan cara yang sama dilakukan pula pada mulut terbuka. Kemudian probandus berkumur dengan air es selama 1 menit, dan dengan cara yang sama pula dilakukan pengukukuran seperti diatas.
Mengukuran axillaris sekala pada thermometer diturunkan sampai 0°C, ujung thermometer di siapkan pada fassa axillaries dengan pangkal lengan dihimpitkan. Setelah 10 menit sekala dibaca.
Proses pelepasan panas katak ditelentangkan pada papan dan diikat. Suhu tubuh katak di ukur melalui oesophagus selama 5 menit. Kemudian katak dimasukan kedalam air es.selama 5 menit suhu katak diukur melalui esophagus.selanjutnya katak dimasukan kedalam air panas 40° C selama 5 menit dan sekla pada thermometer dibaca.
Menyediakan 2 kendi yang satu di cat dan yang lain tidak.Masing-masing diisi dengan air panas 70°C.Sama-sama banyaknya dan diukur suhunya dengan thermometer.Setiap 5 menit sebanyak 6 kali.
II. Hasil Dan Pembahasan
A. Hasil
Dari kegiatan praktikum maka kami dapat memperoleh hasil seperti tabel berikut :
1. Pengukuran suhu pada tubuh manusia
Bagian tubuh yang diukur
|
Suhu °C
|
Posisi mulut terbuka
|
36,4 °C
|
Posisi mulut terbuka dengan berkumur es
|
35,4 °C
|
Posisi mulut tertutup
|
34,9°C
|
Posisi mulut tertutup dengan berkumur es
|
34,7°C
|
Bagian ketiak
|
36°C
|
2. Pengukuran suhu pada kendi
Waktu (menit)
|
Kendi bercat
(suhu awal 66°C)
|
Kendi tidak bercat
(suhu awal 66°C)
|
5
|
62°C
|
60°C
|
10
|
59°C
|
56°C
|
15
|
56°C
|
52°C
|
20
|
54°C
|
49°C
|
25
|
51°C
|
46°C
|
3. Pengukuran suhu pada katak
Suhu air
|
Suhu tubuh katak
|
10°C
|
22°C
|
40°C
|
37°C
|
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan pengukuran suhu tubuh manusia, pengukuran suhu pada kendi, dan pengukuran suhu pada katak.
Thermoregulasi adalah proses pengaturan suhu tubuh. Panas tubuh adalah merupakan hasil akhir dari proses oksidasi di dalam tubuh.
Dipandang dari kemampuannya mengatur suhu tubuh berkaitan dengan produksi panas binatang dibedakan menjadi 2 golongan:
a. Binatang Poikiloterm
Suhu tubuh binatang poikiloterm berubah-ubah tergantung pada suhu sekelilingnya, sehingga peoses-proses vital di dalam tubuhnya dipengaruhi oleh perubahan-perubahan suhu lingkungan.
b. Binatang Homoioterm
Binatang Homoioterm suhu tubuhnya boleh dikatakan konstan, karena binatang ini mempunyai sentrum pengatur suhu tubuh yang baik.
1. Pengukuran Suhu Pada Manusia
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan pengukuran suhu tubuh pada manusia, dan dalam percobaan ini kami melakukan percobaan dengan menggunakan objek yaitu salah satu rekan dari kelompok kami yaitu, dengan mengunakan alat thermometer dan bahan ES.
Perbedaan suhu tubuh pada saat pengukuran suhu pada mulut tertutup dan terbuka berbeda, pada mulut terbuka lebih tinggi daripada mulut tertutup Penyebabnya suhu mulut tertutup lebih tinggi dari mulut terbuka karena ketika mulut dalam keadaan tertutup, tidak ada sirkulasi udara di dalam mulut sehingga suhu yang terukur merupakan suhu tubuh secara keseluruhan, tetapi ketika mulut terbuka, terdapat sirkulasi udara sehingga suhu dalam tubuh ada yang hilang. Menurut Isnaeni (2006), pada saat mulut terbuka, udara di dalam tubuh suhunya menjadi tinggi karena metabolisme dalam tubuh akan bercampur dengan udara yang bersuhu rendah, sehingga akan mencapai keseimbangan dalam dan luar mulut, mengakibatkan suhu udara dalam mulut menjadi turun.sehingga suhu pada mulut terbuka lebih tinggi dibandingkan suhu mulut tertutup.sedangkan suhu pada mulut setelah berkumur air es Tidak sesuai dengan pendapat Isnaeni (2006) yang menyatakan bahwa suhu pada mulut tertutup lebih tinggi daripada suhu mulut terbuka.
Pada pecobaan ini kami melakukan pengukuran suhu tubuh yaitu pada bagian mulut dan bagian ketiak. pengukuran suhu pada bagian mulut kami melakukan 4 cara, dan tenyata hasil yang diperoleh pada keempat cara tersebut berbeda semua. Yaitu pada saat kami melakukan pengukuran suhu dengan cara mulut terbuka hasil suhu yang di peroleh adalah 36,4°C, sedangkan dengan cara mulut terbuka tetapi dengan berkumur ES, hasil yang diperoleh adalah 35,4°C.
Pengukuran suhu dengan mulut tertutup hasil yang diperoleh adalah 34,9°C, sedangkan pengukuran suhu dengan mulut tertutup tetapi berkukur ES hasil yang di peroleh adalah 34,7°C. dan hasil pengukuran suhu tubuh pada ketiak dengan menggunakan thermometer di peoleh hasil yaitu 36°C.
2. Pengukuran suhu pada kendi
Pada praktikum ini kami melakukan pengukuran suhu pada dua kendi yang berbeda yaitu dengan satu kendi di CAT dan satu tidak di cat, yaitu dengan masing-masing kendi diisikan air panas dengan volume air sama. Lalu dilakukan pengukuran suhu selama 30 menit ,dengan setiap 5 menit thermometer di angkat dan dilakukan pencatatan ukuran suhu, dan ternyata terdapat perbedaan suhu di setiap 5 menitnya, yaitu suhu selalu mengalami penurunan. Perbedaan suhu tersebut terjadi karena pada kendi yang di cat ia mampu mempertahankan suhu karena pengaruh warnanya.
Proses pelepasan panas pada kendi. Hasil dari pelepasan panas pada kendi menunjukkan bahwa suhu air dalam kendi yang bercat lebih konstan dibanding dengan kendi yang tanpa cat. Kendi yang bercat, pori-pori kendinya tertutup oleh cat yang menyebabkan proses pelepasan panas menjadi lambat, sedangkan pada kendi yang tanpa cat proses pelepasan panasnya lebih cepat karena pori-pori kendi tidak tertutup. Menurut Martini (1998), semakin banyak pori-pori dalam luas kontak permukaan dan semakin tinggi perbedaan suhu amtara sistem dengan lingkungan, maka proses konveksi dan evaporasi semakin cepat.
3. Pengukuran suhu pada katak
Pada percobaan ini, katak yang di letakan pada air anget yaitu 40°C ternyata suhu tubuhnya yaitu 37°C. dan pada saat katak di letakan di suhu air ES 10°C ternyata suhu tubuh katak mengalami penurunan yaitu menjadi 22°C. hal itu terjadi karena air ES lebih mempunyi suhu yang rendah dri pad air anget, maka dari itu suhu katk mengalami penurunan.
V. Kesimpulan
1. Thermoregulasi adalah proses pengaturan suhu tubuh. Panas tubuh adalah merupakan hasil akhir dari proses oksidasi di dalam tubuh.
2. Pengukuran suhu tubuh pada manusia mulut terbuka dengan berkumur ES dan mulut terbuka tidak berkumur ES ternyata suhu yang di hasilkan berbeda, begitu juga dengan mulut tertutup dengan berkumur ES dan tidak berkumur ES.
3. Pengukuran suhu pada kendi bercat dan tidak bercat yang diisi air mendidih dengan volume air sama, ternyata suhu yang dihasilkan juga berbeda.
4. Katak yang diletakan pada air es ternyata suhunya lebih rendah disbanding katak yang diletakan di air anget.
DAFTAR PUSTAKA
Gabriel J.F, 1996, Fisika kedokteran, Jakarta : EGC
Hidayat, A . Aziz Alimul, 2008, pengantar kebutukan dasar manusia, Jakarta : Salemba Merdeka
Jhon wiley & sons, inc _(2000). Temperature regulation.Diambil pada 14 februari 2006. Dari
Potter A. Patrical. 1995 , fundamental keperawatan, Jakarta : EGC
PENGUKURAN SUSHU TERHADAP
AKTIVITAS HEWAN POIKILOTHERMIS
I. Tujuan praktikum
Dapat mengukur perubahan-perubahan keaktifan hewan poikilothermis sehubungan dengan perubahanpoikilothermis sehubungan dengan perubahan lingkungannya. Keaktifan diukur dengan cara lingkungannya. Keaktifan diukur dengan cara menghitungmenghitungmenghitungmenghitung denyut jantung tiap men denyut jantung tiap menit. makinit. Makin tinggi frekuensi tinggi frekuensi denyut jantung, makin aktif hewan tadi.
II. Dasar Teori
Hewan berdarah dingin atau disebut juga Poikiloterm adalah hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya. Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Yang termasuk dalam Poikiloterm adalah bangsa Ikan, Reptil, dan Amfibi.
Suhu yang tinggi menjelaskan mengapa banyak organisme berdarah dingin seperti ikan, ampibi, crustacea, dan kadal hidup lebih lama di daerah bergaris lintang besar daripada bergaris lintang kecil, menurut penelitian baru-baru ini diterbitkan dalam "Proceedings of the National Academy of sciences (PNAS) online". Asisten Profesor Dr Stephan Munch dan Ph.D. calon "Santiago Salinas", keduanya dari Universitas Stony Brook School of Atmospheric dan Ilmu Kelautan, ditemukan bahwa bermacam macam jarak suhu dari spesies untuk mengubah temperatur tubuhnya dengan temperatur lingkungannya, temperatur lingkungan adalah faktor dominan mengendalikan geografis variasi dalam jangka hidup spesies.
Melihat pada data jangka hidup dari lab dan pengamatan lapangan selama lebih dari 90 spesies dari bumi, air tawar, lingkungan laut. Mereka belajar organisme yang berbeda dengan rata-rata umurnya - dari Arcartia tonsa, yang memiliki jangka hidup dari rata-rata 11,6 hari, dengan mutiara remis Margaritifera margaritifera, yang memiliki rata-rata jangka hidup dari 74 tahun. Mereka menemukan bahwa dari berbagai jenis, suhu yang konsisten yang bereksponensial berkaitan dengan jangka hidupnya.
Hubungan antara suhu dan jangka hidup dari penelitian Munch dan Salinas, ditemukan melalui analisis data dengan cara yang serupa dengan hubungan yang memprediksi teori metabolis ekologi (MTE). Teori ini, yang merupakan kerangka pemodelan yang telah digunakan untuk menjelaskan cara pada sejarah kehidupan.
Jangka hidup dari 87% makhluk hidup bebas dan spesies yang Munch Salinas pelajari bervariasi sebagai prediksi MTE. Namun setelah mengeluarkan efek suhu, masih terdapat banyak variasi di dalam jangka hidup spesies ini, menunjukkan bahwa lainnya, faktor lokal masih memainkan peran dalam menentukan jangka hidup
III. Metodologi
A. Bahan dan Alat
- Katak bufo melantosticus
- Bejana kaca berisi air
- Sejumlah es dan air panas
- Papan dan tali untuk mengikat katak
- Thermometer
- Counter
B. Cara Kerja
- Mengikat kaki depan dan belakang katak pada papan, sehingga katak terlentang dan tidak dapat bergerak.
- Memasukan ES kedalam air sedikit demi sedikit dan aduklah,, biarkan Es mencair dan aturlah suhunya sehingga mencapai 10°C. dalam waktu eberapa menit suhu ini tidak akan berubah banyak.
- Merabah bagian dada katak sehingga anda merasakan denyutan jantungnya. Kemudian memasukan katak yang terikat tadi kedalam air ES, dan hanya bagian ujung kepalannya yang tidak terendam supaya masi bisa bernafas. Tunggu beberapa menit sambil menjaga susu air tadi tetap 10°C. kalau suhunya nai, tambahkan sedikit ES.
- Menghitunglah denyutan jantung katak dalam satu menit, dengan meraba dada katak tadi. Lakukan 3 kali dan tentukan rata-ratanya.
- Mengeluarkan katak dari air Es, dan tambahkan sedikit demi sedikit air panas sambil di aduk.Hingga suhu mencapai 15°C, masukan kembali katak kedalam air dan hitung denyutn jantung setiap menit.
- melakukan perhitungan denyut jantung ini pada sush-suhu 10°C, 15°C,20°C,25°C, 30°C, 35°C. untuk menaikan suhu air, tambahkan air panas secukupnya.
- Mengamati adakan keteraturan hubungan antara kenaikan suhu dengan denyut jantung permenit.
- Dari hasil data buatlah garafik hubungan antara suhu dengan denyut jantung pada kertas grafik : absis= suhu, ordinat= denyut jantung tiap menit.
IV. HASIL PEMBAHASAN
A. Hasil
Dari kegiatan praktikum maka kami dapat memperoleh hasil seperti
tabel berikut.
Suhu (°C)
|
10
|
15
|
20
|
25
|
30
|
35
|
Denyut jantung / menit 1
|
5
|
32
|
40
|
50
|
63
|
61
|
2
|
5
|
35
|
48
|
55
|
66
|
62
|
3
|
8
|
37
|
50
|
56
|
71
|
58
|
Jumlah
|
18
|
104
|
138
|
161
|
200
|
181
|
Rata-rta
|
6
|
34.7
|
46
|
53.6
|
66.7
|
60.4
|
Grafik dari hasil pengukuran suhu tubuh katak sebagai :
B. Pembahasan
Pada percobaan kali ini kami bertujuan untuk dapat mengukur perubahan-perubahan keaktifan hewan poikilothermis sehubungan dengan perubahan lingkunganya yaitu dengan cara menghitung denyut jantung permenitnya.
Poikiloterm merupakan hewan berdarah dingin dan suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Yang termasuk dalam Poikiloterm adalah bangsa Ikan, Reptil, dan Amfibi.
Dari hasil percobaan kami kami dapat mengukur perubahan keaktifan hewan poikilotherm dengan denyut jantungnya yaitu :
Ternyata pada saat suhu air 10°C denyutan jantung pada kata berbeda-beda pada setiap menitnya yaitu pada menit 1 denyut jantung katak di peroleh dengan jumlah yaitu 5 denyutan, menit ke 2 terdapat 5 denyutan, dan pada menit 3 terdapat 8 kali denyutan. Dan pada saat katak di dalam suhu air 15°C denyutan jantung pada katak semakin banyak dalam permenitnya yaitu, menit 1 tercatan 32 denyutan, menit ke 3 35 denyutan dan menit ke 3 terdapat 37 denyutan. Semakin naiknya suhu lingkungan maka semakin banyak puala denyut jantung pada katak, hal tersebut disebabkan karena metabolism pada katak sangat dipengaruhi oleh kenaikan suhu. Dan pada praktikum ini kami memperoh rata-rata hasilnya yaitu : pada suhu 10°C =6 , suhu 15°C=34.7, suhu 20°C=36, suhu 25°C=53,6, suhu 30°C=66,7 , suhu 35°C= 60,4 denyutan.
V. KESIMPULAN
1. Hewan pokilothermis adalah hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya.
3. Jangka hidup dari 87% makhluk hidup bebas dan spesies yang Munch Salinas pelajari bervariasi sebagai prediksi MTE.
4. Semakin tinggi suhu lingkungan maka akan semakin tinggi denyutan yang dihasilkan oleh hewan poikilotherm hal itu terjadi karena aktivitas metabolisme pada hewan tersebut semakin tinggi.
5. Pada suhu 10°C diperoleh hasil rata-rata 6 denyutan, 15°C = 34.7 denyutan, 20°C = 46 denyutan, 25°C = 53,6, 30°C=66,7 , 35°C=60,4.
DAFTAR PUSTAK
Kimball. 1999. Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
N, syamsiar. 1988. Pengantar fisiologi Manusia. Jakarta : Depdikbud.
Soedjono. 1998. Pengantar Anatomi Fisiologi Hewan.Jakarta: LPTK.
Soewolo.2000. pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: Depdiknas.
Potter A. Patrical. 1995 , fundamental keperawatan, Jakarta : EGC Tortora, J.T., Granbowskl, S.R (2000). Principles of anatomy and physiology. (9th ed.). Toronto :
// kode iklan
jangan lupa iklannya diklik ya, to "LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ANATOMI DAN FISIOLOGI TERNAK THERMOREGULASI DAN PENGARUH SUHU TERHADAP AKTIVITAS HEWAN POIKILOTHERMIS "
Post a Comment