// kode iklan
*/
Hanya proses-proses belajar yang
bagaimana yang akan dipergunakan merupakan suatu skala yang luas dan
majemuk. Bukan hanya yang langsung dan distrukturkan untuk tujuan-tujuan
tertentu kepada anak misalnya, melainkan juga hal hal dalam proses
belajar yang bisa berlangsung tanpa disengaja tanpa diketahui, tanpa
disadari oleh anak atau siapa saja yang sedang mengubah atau berubah
tingkah lakunya, Suatu latar belakang sosial atau kebudayaan tertentu
akan memberikan pola tertentu pula pada tingkah laku orang-orang yang
ada di dalamnya. Hal ini jelas terbukti karena terdapat konsep
relativisme budayaan di mana-mana. Membicarakan ciri-ciri atau gambaran
kepribadian seseorang sering dipengaruhi oleh latar belakang kebudayaan
yang meman bisa disangkal memberikan nuansa-nuansa tertentu pabaran atau
ciri kepribadian yang ditampilkan. Pengaruh-jerngaruh ini membentuk
sedikit, menetap beruba susah dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan
yang RM, Lerner (1976) mengemukakan beberapa teori Pesan dalam
usahanya untuk memberikan gambaran menge Perkembangan dewasa ini.Dalam
kologi perkembangan ada beberapa psi dekatan untuk menerangkan tipe
teori g terdiri dari satu jenis teori dan tiga jenis pendekatan
yaI. Teori penahapan
2. Pendekatan diferensial
3. Pendekatan ipsatif
4. Pendekatan Teori-belajar.
(1) Teori penahapan.
Teori
penahapan dalam perkembangan sering disebut teori klasik. Perkembangan
terbagimelalui dari yang satu kepada yang lain secara bertingkat. Antara
tahap yang satu dengan tahap lain terdapat masa perkembangan dengan
Para ahli teori penahapan melihat tahap-tahap perkembangan sebagai
sesuatu yang universal, dan berlangsung dengan urutan- yang tertentu.
Dari satu tahap yang lain harus dilalui urutan yang berlaku bagi seluruh
perkembanganya dan tidak bisa misalnya suatu tahap. Dilewati pada satu
masa perkembangan berbeda secara kualitatif dengan ciri-ciri pada masa
perkembangan yang lain. Hanya perbedaan ini tidak mutlak, karena bisa
saja ciri yang ada pada suatu masa perken- bangan, masih tetap ada pada
masa perkembangan berikutnya, hanya tidak berdominasi Meskipun ada
hukum-hukum yang berlaku umum (nomotetis) jadi yang ada atau terjadi
pada siapa saja dalam perkembangan, masih juga ada perbedaan perorangan
yang menurut Emmerich (1968) terjadi, yakni perbedaan dalam
a).
Waktu yang diperlukan untuk melewati sesuatu masa perkembangan, yang
berbeda-beda Misalnya seorang anak membutuhkan waktu dua tahun untuk
melewati suatu tahap perkembangan, sedangkan anak lain membutuhkan waktu
empat tahun.
b). Tingkatan perkembangan yang dapat d
Ini
menerangkan bahwa tahapan perkembangan berlangsung sampai pada tingkatan
yang berbeda-beda pada setiap orang. Si A mungkin berkembang terus
sampai batas a, sedangkan B hanya sampada b. Tingkat-tingkat akhir a dan
b tidak sama.Sifat-sifat teori Penahapan ini ialah: diskonsep mengenai
adanya kontinuitas kontinuitas, dan kualitatif serta epigenetis dalam
kembangan antara faktor
2) Mengikuti
pandangan meskipun
terdapat perbedaan dan faktor yang lebih dan mana yang perbedaan dalam
tekanan, mana ini. rang pada para ahli yang mengikuti teori-teori
3).
Mengakui bahwa kritis dalam perkembangan, meskipun terdapat
perbedaan-perbedaan pendapat dalam mengemukakan, seberapa kritisnya masa
kritis, serta tahapan perkembangan mana dan untuk an apa terdapat
masa-masa kritis itu. Yang digolongkan pada kelompok teori penahapan ini
al i S. Frend, J. Piager, L. Koblberg.
2). Pendekatan diferensial.
Pendekatan
diferensial dipergunakan untuk tujuan-tujuan emis berusaha menerangkan
adanya perbedaan-perbedaan langkah laku dalam perkembangan pada
kelompok-kelompok atau sub-1 elompok. Dasar untuk mengelompokkan ini
ialah adanya dua macam atribut, yaitu: 1. Atribut status dan 2. Atribut
tingkah laku
Atribut status yaitu yang mengelompokkan
orang-orang atas dasar, umur, jenis kelamin, latar belakang keturunan,
agama stars sosial tingkah laku adalah dimensi yang bersifat dua pola
kontinuitas, ekstrovenir introversi, Dengan kedua dasar atribut di
atas, para ahli berusaha mengetahui perbedaan-perbedaan yang ada pada
beberapa suatu kelompok dalam suatu Anak dikategori adimensi varian
sehingga mudah terlihat perbedanya dengan anak lain, karena tempatnya
yang berbeda-bedaContoh pengalaman pendekatan-pendekatan diferensial
terdapat pada EH, Erikson yang terkenal dengan perkembangan lo sosialnya
dan J. Kagan & H.A. Moss, K. Warner Schaie, Baltes, J R.
Nesselroade.
3). Pendekatan ipsatif.
Pendekatan
ipsatif mempunyai orientasi yang terutama i diog r a p his (berlawanan
dengan n o m otetis), yakni ingin mengetahui hukum hukum yang ada atau
yang bisa berlaku pada satu individu yang sedang berkembang. Pada anak
yang sedang berkembang terdapat perubahan-perubahan di dalam dirinya
atau juga ada hal-hal yang menetap, yang terus ada dalam perkembagannya,
dan yang ingin diketahui hukum-hukumnya.
Pada pendekatan ipsatif ini ada dua komponen yakni:
l).
Atribut repertoire, yaitu atribut yang ada pada seorang da
perbedaan-perbedaan tahap perkembangan. Dapat dikatan atribut sifatnya
Misalnya nilai-nilai g ada pada seorang berumur 15 tahun akan berbeda
atau bertanbah ketika ia berumur 25 tahun. Pada usia 15 tahun misalnya
ada 4 nilai yakni nilai yang berhubungan dengan tubuhnya, lai seks,
pendidikan dan agama, Sedangkan umur tahun yang berhubungan dengan karir
dan ini bertambah dengan nilai
2). Atribut saling
berhubungan, yaitu atribut yang ada pada seseorang dengan
tingkatan-tingkatan fungsi yang berlainan karena berbeda tahapan
perkembangannya. Misalnya pada umur 18 tahun, nilai-nilai yang paling
menonjol adalah seks, sedangkan lnilai ckonomi dan nilai religi kurang
berperanan. Pada tahun, nilai yang paling menonjol adalah nilai ekonomi
dan kedua nilai lain kurang. Scterusnya pada umur 68 tahun, nilai yang
paling menonjol adalah nilai religi, sedangkan nilai ekonomi serta nilai
seks kurang berfungsi. tan nilai berbeda karena ada perbedaan pada
tahapan perkembangannya meskipun saru nilai dengan nilai lainnya saling
berhubungan Pendekatan ipsatif yang menitikberatkan sifat-sifat yang
ber- beda secara perorangan, berusaha mengetahui dasar-dasar atau
pola
yang menyebabkan adanya perubahan ciri-ciri tingkah laku atau juga
ciri-ciri yang menetap dalam Perkembangan tingkah laku. Contoh yang
dapat diberikan di konsep perkembangannya Werner. diterangkan Dengan
pendekatan ipsatif ini dapat interaksi-insep dasar mengenai kontinuitas
diskontinuitas, serta interaksi antara faktor konstitusi dan faktor
lingkungan.
Contoh pengalaman dengan pendekatan ipsatif terda: Alerander Thomas, Stella Chess, Herbert Birch, Margarer Hertzig, Sam Korn.
4). Pendekatan teori-belajar.
Teori
belajar dipergunakan untuk menerangkan bangan tingkah laku, keterangan
mengenai teori belajar ini akan dibicarakan tersendiri pada Bab lain.
4. Teori organismik
Titik
tolak teori organismik bertentangan dengan teori R-1. Dalam teori yang
memandang organisme sebagai pribadi yang organisme mempunyai sesuatu
peranan yang aktif yang ada pada dirinya (misalnya ciri-ciri an) dalam
mempengaruhi perkembangan tingkah laku, di samping faktor yang timbul
dari interalesi antara faktor kematangan dan faktor lingkungan. Padangan
organismik sedikit banyak meniru pandangan Psilologi Gestalt yang
mengatakan bahwa keseluruhan adalah lebih daripada sekedar penjumlahan
bagian-bagiannya. Pandangan organismik menitikberatkan keseluruhan dan
organisasi pada orgaitisme. Lauduig von Bertalanffy (1933), mengatakan
bahwa orangn-bagian organisme sebagai bagian bagian yang terpisah dari
keseluruhan organisme itu. Ada tingkatan-tingkatan organisasi sesuai
dengan tingkat atau penahapan dalam perkembangan tingkah laku.
Tingkatan
dalam tingkah laku ini berbeda-beda dan tingkatan organisasi tingkatan
yang lebih tinggi mempunyai kualitas yang berbeda dengan tingkatan yang
lebih rendah. Pada setiap tingkaran baru yang lebih tinggi ada sesuatu
yang baru, yang disebut pigJadi epigenesis ini merupakan suatu
karakteristik baru yang timbul pada tingkatan lebih tinggi, yang tidak
ada pada tingkatan lebih rendah yang mendahuluinya. Jika ditinjau dari
sudut kontimuitas diskontinuitas, maka pandangan organismik menunjukkan
bahwa dalam perkembangan terjadi diskontinuitas kualitatif. Jadi uda
perbedaan-perbedaan secara kualitatif antara ciri-ciri tingkah laku pada
suatu tahapan perkembangan dengan tahapan perkem bangan yang lain, yang
oleh Werner disebut e m e r g e n c e. Prinsip epigenesis ini juga
dikemukakan oleh E.H. Erikson bahwa prinsip ini menunjukkan bahwa
sesuatu yang tumbuh mempunyai landasan rencana. Melalui landasan ini
timbul bagian-bagian yang mempunyai waktu untuk meningkat secara khusus,
sampai keseluruhan bagian-bagian ini muncul dan membentuk keseluruhan
yang berfungsi. Menurut R.M. Lerner (1976),
ciri-ciri komponen dasar dari teori organismik adalah
a)
Perkembangan ditandai sebagian oleh rangkaian perubahan kualitatif
dalam proses-prosesnya yang mendasari perkembangan. Contoh dapat dilihat
pada perkembangan aspek-aspek seperti persepsi, motivasi dan kognisi
tempat akan terjadi perubahan kualitatif, a.l. macam dan tipenya pada
perubahan-perubahan kuantitatif seperti jumlah dan strukturnya. yang
berlaku untuk perubahan-perubah an kualitatif ini berhubungan erat
dengan faktor konstitusi dan faltor pada
c) Kedua faktor
konstitusi dan faktor lingkungan berinteraksi untuk mempengaruhi
perkembangan tingkah laku. Interaksi terjadi melalui macam-macam cara
yang sangat tergantung pada waktu, tingkatan perkembangan dan
keadaan-keadaan sus lain, baik yang ada pada dirinya maupun yang ada di
ling-
d) Cara kedua faktor berfungsi merupakan pola interaksi yang
timbal balik, yang satu bisa lebih aktif yang lain. contoh ini jelas
terlihat bahwa dalam pandangan-pandangan teori organismik individu
menempati m yang aktif untuk perkembangannya sendiri.
Organisme
tidak menanti, melainkan aktif menguasai dan menstruktur lingkung-Untuk
memberikan gambarangan anak ketikat perkemban nismik-epigenesis ini
dapatlah dida umur atkan berumur setahun. Apa yahun ini masih be laku
motorik yang dan kemampuan-kemampuan mentalnya masih terbatas pada ber
Ketika si anak intereaksi atau jawaban terhadap suatu umur dua tahun,
maka ia pakan kemampuan ke yang baru. bertambah dan ia mulai bisa
melihat sesuatu konsep atau simbol yang mewakili sesuatu yang tidak ada.
Pada anak munculkan tingkah laku suatu yang baru, tempatsa mempel bagai
hasil meniru dari apa yang pernah dilihatnya (karena ke mampuan
mensimbolisasikan). Bagi ahli yang menitikberat kan pendekatan orga k,
kemampuan yang baru ini bukan kelanjutan kemampuan-kemampuan yang
berkembang dari tingkat yang muncul an sebelumnya.
Kemampuan
ini merupakan sesuatu sebagai hasil interaksi antara dua faktor yang
melatar belakangi fungsi perkembangan yakni faktor keturunan atau
konstitusi dan faktor lingkungan, di samping aktivitas anak itu sendiri.
Contoh lain bisa dilihat pada masa remaja ketika muncul dorongan
(sebagai akibat kematangan kelenjar-kelenjar kelamin) dan ting tingkah
laku yang baru seperti kehidupan emosi, cara berilir dan sikap-sikap
terhadap lawan jenis kelaminnya.
Dorongan seks yang
muncul ini bukan merupakan kelanjutan dorongan karena kebutuhan
fisiologis. sismik ini banyak diterima oleh ahli-ahli Psikologi
Perkemban gan akhir-akhir ini, sebagai salah satu jalan keluar jawaban
atau keterangan yang berabad-abad sudah menjadi obyek rdebatan,
pembahasan, bahkan pertentang nismik masalah keturunan dan lingkungan.
Pandangan org secara integratif dimasukkan dalam teori perlberti,
Werner, Erikson, bahkan Prag li lain yang banyak menerapkannya dalam
comas, S. Chers, seperti TC. RO Herraig, H.G. Bireb, S J. Korn dan Do
IL Tokoh dan aliran dalam Psikologi Perkembangan Uraian berikut mengenai
tokoh-tokoh yang dianggap terkenal dalam mengemukakan teori
perkembangan.
Sulit sekali mengemukakan semua tokoh yang
dianggap terkenal dan mengemakalan teorinya secara eksplisit. Banyak
ahli mengemukakan karyanya berdasar hasil pembahasan secara deduktif dan
integra yang sangat baik dari bermacam-macam teori yang sudah sila. Apa
yang akan dicoba diuraikan lebih menitikberatkan teori dan pandangannya
mengenai perkembangan, lebih khusus lagi perkembangan anak, daripada
bidang-bidang lain yang mungkin juga dikuasai. Misalnya uraian mengenai
S. Freud akan lebih diarahkan untuk memperjelas teorinya mengenai
perkembangan anak, daripada misalnya teorinya yang lain yang juga
terlenal yakni mengenai struktur kepribadian atau mengenai tehnik
sistem
motivasi sekunder yang didasarkan pada proses belajar yang di keluarga.
Ad. It Tahap I Masa tingkah laku rudimenter. Sampai beberapa bulan
sejak seorang bayi dilahirkan, pengalaman-pengalaman lingkungan belum
secara terarah menimbulkan proses belajar pada bayi. Masa ini ditandai
oleh kebutuhan kebutuhan dasar, seperti lapar, haus, sakit dan lain-lain
yang dapat dikurangi ketegangannya dengan perbuatan. Apa yang di-
perlihatkan oleh bayi masih sangat egosentrik dan nal keadaan sosial di
lingkungan hidupnya. Lambat laun bayi merasakan adanya hubungan antara
meredanya suatu ke kehadiran orang dewasa yang ada sekitarnya.
Gerak-gerik atau perbuatan yang diperlihatkan menimbulkan ia waban yang
menyenangkan. Jadi ada hubungan yang mulai didiran orang lain. Dengan
kesenangan atau kenikmatan untuk mengulangi gerak atau perbuatan yang
sama. Di sini mulai timbul hal belajar dari pengalaman. Kenya di
kehidupan bayi sumber ke- orang lain di sini mempertahankan sikap dan
perlakuan oleh mulai pada bayi. bahwa dalam perkembangan anak, terjadi
doebut kesatuan tingkah laku yang timbal artinya selalu berada dalam
interaksi sosial. Perkembangan ditandai oleh berkurangnya sikap "autism
(menyen- 13diri atau menutup diri dan erak-g k atau rbuatan ter-
perhubungan pusat untuk memenuhi kebutuhan dasar, sebaliknya ubungan
sosial timbal Gerak atau perbuatan terpusat pada pengadaan hubung
betapa penan sosial. Dalam hubungan ini Sears kehidupan anak. Tokoh ting
dan tokoh dalam kepada lingkung ibu dengan peranannya memperkenalkan
anak ibu terda. an yang akan ditempuh Pada tokoh pat banyak faktor
latar belakang yang mempengaruhi dan yang bersangkut paut dengan
bermacam-macam status yang dimiliki
Tahap Masa sistem Motivasi sekunder
Belajar
terpusat di dalam keluarga Tahap ini dimulai kira-kira pada pertengahan
tahun kedua sampai anak masuk sekolah. Sosialisasi mulai benar-benar
terjadi Dorongan-dorongan untuk memenuhi kebutuhan dasar masih ada
-doronga sedangkan tingkah laku yang didasari oleh dorongan kunder mulai
banyak terlihat. Timbulnya rasa lapar tidak lagi sepenuhnya disebabkan
oleh kontraksi lambung yang sudah k ng, melainkan oleh bunyi-bunyi yang
ada ketika ibunya mempersiapkan makanan untukn Anak tidak lagi terlalu
tergantung kepada ibunya atau lingkungan sosialnya, kan sedikit demi
sedikit mulai melepas ri mampu memenuhi kebutuhan dan kehendaknya
sendiri dari hasil mempelajari sesuatu. Juga ketergantungan secara mulai
dilepaskan, yakni pada saat-saat ibu mulai meandung lagi.
Dalam
melepaskan ketergantungan ini, sering terjadi perbedaan pada anak
perempuan dan anak laki. Dari amatannya, Sears mengemukakan adanya
kecenderungan pada anak perempuan lebih lama mempertahankan
ketergantungan daripada anak laki-laki. Berkurangnya ketergantungan ini
menumbuhlan perasaan bebas pada bersaing anak anak untuk memperoleh
dengan dan ng sesuatu yang diinginkan dibutuhkan. Deadangan nya
pembatasan-pembatasan yang a atau tidak sengaja diberikan kepada anak,
maka timbul reksi frustrasi. Frustrasi ini mengakibatkan munculnya
dorongan-dorongan agresif pada anak. Hukuman yang diberikan untuk
mengatasi resifitas ini, justru sering menimbulkan masalah-masalah lain
yang lebih kompleks. Hukuman yang diberikan tanpa memperiitungkan
kesalahan dan perbuatan anak, justru akan menambah munculnya frustrasi
yang baru.
Hal lain yang penting oleh Sears pada masa ini
adalah identifikasi. Terlalu kuat atau sebaliknya terlalu sedikit
identifikasinya akan mempengaruhi kelancaran perkemIdentifikasi dimulai
pada anak sekitar umur tiga tahun. Corak hubungan antara anak dengan
ibunya akan mempengaruhi peroses identifikasi. Pada umur empat tahun
anak laki-laki memindahkan indentifikasinya terhadap tokoh ayah,
sementara anak- perempuan meneruskannya terhadap ibunya. melai menyadari
perbedaan kelamin, identifikasi dengan jlamin yang sama dan mulai
mengadakan sosialisasi melalui permainan-permainan. Sosialisasi meliputi
komunikasi verbal maupun non-verbal dalam hubungan interpersonal dengan
orang atau anak lain. Komunikasi non-verbal misalnya dengan gerak-gerik
dari tubuhnya untuk mengungkapkan sesuatu. Semuanya masih terjadi dalam
lingkungan keluarga, lingkungan rumah.
Masa sistem
motivasi sekunder. Belajar terjadi di luar lingkungan rumah atau
keluarga. Tahap ini dimulai ketika seorang masuk sekolah, dan siapntuk
menerima sesuatu dari lingkungan di luar lingkungan keobyek
kerergantungan tidak lagi terbatas pada orang tua tetapi lebih luas
lagi, misalnya kepada guru. Pada mulanya anak mempergunakan pola-pola
yang dimiliki ketika anak masih kecil. Lambat laun pola-pola ini berubah
menjadi lebih rcalistilt sesuai dengan tuntutan-tuntutan lingkungannya,
temansepermainan. Pola-pola yang positif akan diteruskan dan pola-pola
yang negatif, setelah disesuaikan dengan ling-baru akan dihilangkan. B
tidak menghilang, maka dia akan menetap sebagai bagian kepebadiannya
setelah dewasa. Kemampuan anak untuk menguasa dan mengatur kebebasannya
harus seimbang dengan keinginan nya akan kebebasan. Kalau ia bisa
mengatur dirinya sendiri, ia juga akan bisa mengatur pengaruh-pengaruh
teman lain terha dapnya. Lingkungan hidup menjadi makin jelas bagi anak
tem. at kebebas untuk bertindak semau-maunya menjadi sangat an
serkurang. Batasan-batasan muncul dari lingkungan sosial, tidak lagi
dari orang tua, tetapi dari guru, tetangga, atau orang dewasa lain yang
berhubungan dengan dia. Pada umur lima tahun identifikasi terhadap tokoh
jenis kelamin yang sama menjadi lebih jelas, khususnya orang tua.
Dengan semakin luasnya hubungan sosial, identifikasi terhadap tmodel
lain, termasuk teman sendiri yang sebaya bisa menjadi identifikasinya.
Lingkungan
hidup yang baru dan lebih luas akan menumbuhkan nilai-nilai pribadi di
dalam diri anak, di samping berkembangnya nilai sosial, agama dan nilai
lain. Dari uraian Sears ini dapat dilihat jelas bahwa
perkembangan
anak adalah perkembangan seluruh kepribadian anak. Setiap leali anak
bertingkah laku, setiap kali juga ia berkembang. Tingkah laku ini adalah
hasil hubungannya dengan lingkungan sosial yang langsung tempat anak
dibesarkan. Dalam hal ini peranan dan cara orang tua memperlihatkan
sikap dan pola dalam pengasuhan anak penting
// kode iklan
jangan lupa iklannya diklik ya, to "Psikologi proses-proses belajar"
Post a Comment