12/15/2016T12/15/2016

materi psikologi tahapan manusia

// kode iklan */
// kode iklan


Masa konkrit-operasional (7,0 11,0 th) Pada masa ini anak-anak sudah mulai bisa melakukan bermacam-macam tugas, misalnya tugas untuk menyusun tongkat. tongkat dan menjawab pertanyaan mengenai konservasi angkamaupun isi dengan benar.Menurut Piaget anak-anak pada masa konkrit operasional ini bisa melakukan tugas-tugas konservasi dengan baik, anak. anak pada masa ini telah mengembangkan tiga macam proses yang disebut dengan operasi-operasi yakni


a). i. Pada masa pra-operasional anak hanya melihat atau memperhatikan keadaan permulan dan keadaan akhir pada deretan benda yaitu pada mulanya keadaannya sama pada akhirnya keadaannya menjadi tidak sama. Anak tidak melihat apa yang terjadi di antaranya. Pada masa konkrit operasional ak telah mengerti proses terjadi di antara kegiatan itu dan memahami hubungan-hubungan antara keduanya. Pada deretan benda-benda anak bisa(melalui kegiatan mentalnya) mengembalikan atau membatal perubahan yang terjadi sehingga bisa menjawab bahwa jumlah benda-benda (misalnya biji biji damnya) adalah tetap sama Hubungan timbal balik (Resi prokasi) Ketika anak melihat bagaimana deretan dari benda-benda itu diubah, anak mengetahui bahwa deretan benda-benda bertambah panjang tetapi tidak dibandingkan dengan yang lain. Karena mengetahui balik

156

knya kurantara panjang dan kurang rapat atau Dari tetapi lebih rapat, maka anak tahu pula bahwa jumlah yang ada pada kedua deretan itu sama,Identitas, Anak pada masa konkrit operasional ini sudah bisa mengeral satu persatu benda-benda yang ada pada deretan-deretan itu, Anak bisa menghitung, sehingga meskipun benda-benda dipindahkan, anak mengetahui bahwa jumlah tetap sama. Setelah mampu mengkonservasilkan anak bisamensi lain seperti isi dan anjang.si anak untuk melakukan beras erasi dan kognitif memungkinkan anak mengadakan hubungan yang lebih luas dengan dunianya. Operasi ana disebutkan di atas yang merupakan peristiwa peristiwa yang terjadi di dalam diri anak, memungkinkan pula anak mengetahui sesuai perbuat tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan. Dengan demikian anak mempunyai struktur kognitif yang memungkannya bisa berpikir akan melakukan suatu tindakan, tanpa sendiri bertindak secara nyata. Hanya apa yang dapat dipikirkan oleh anak masih terbatas pada hal-hal yang ada hubunganaya dengan sesuatu yang konkrit, suatu realitas secara fisik, benda benda yang benar-benar nyata. Benda-benda atau kejadian-kejadian yang tidak ada hubungannya secara jelas dan konkrit dengan masih sulit dipikirkan anak. Hal lain yang masih membatasi kemampuan berpikir konkrit ialah apa yang oleh D. Elkind (967) disebut Egosentrisme dalam arti kurang mampunya si anak membedakan antara perbuatan-perbuatan serta obyek-obyek yang secara langsung dialami dengan perbuatan-perbuatan atau yek-obyek yang hanya ada dalam pikiran anak. Hal ini terlihat kalau kepada diberikan soal untuk dipecahkan, ia bukan akan mulai dari sudut obyeknya melainkan ia akan mulai dari sendiri Titik tolaknya adalah dirinya sendiri untuk menghadapi apayang ada atau terjadi di luar dirinya egosentrisme pada anak terlihat dari ketidak mampuannya untuk melihat pikiran dan pengalaman sebagai dua gejala yang masing-masing berdiri sendiri. Dalam perkembangan kognitif h lanjut anak-anak akan mencapai kemampuan untuk berpikir dalam dua komponen, yakni pikirannya mengenai realitas dan realitasnya sendiri.

Tahap IV 
Masa formal operasional (1.0 dewasa) Masa ketika seorang anak memperkembangkan kemampuan kognitif untuk berpikir abstrak dan hipotetis. Pada masa ini anak bisa memikirkan hal-hal apa yang akan atau mungkin terjadi, sesuatu yang abstrak dan menduga apa yang terjadi. Ia bisa mengambil kesimpulan dari suatu pernyataan: "Kalau Nanin lebih lurus dari Ralph dan Nanin lebih gemuk dari Sanya, maka siapakah yang paling kurus dan siapakah yang paling gemuk". masa konkrit-operasional baru bisa Anak-anak pertanyaan ini setelah ia melihat Nanin, Ralph dan Sanya berdiri berjajar. Tetapi anak pada masa formal operasional bisa mengambil kesimpulan dalam pikiran mereka. Perkembangan lain pada masa anak atau bisa disebut masa mremaja ini ialah kemampuan untuk berpikir sistimatik, bisa mikirkan semua kemungkinan secara sistematik untuk memecah sesuatu persoalan. Kalau pada suatu saat mobil yang ditumbuhkan seorang anak yang sedang berada pada masa konkrit operasional mogok, maka anak tersebut segera mengambil ke impulan bahwa karena itu mogok. Barangkali mengalami hal ini, sering ia menghubungkan sebab-akibat hanya dengan satu rangkaian saja. 


Pada remaja ia bisa memikirkan beberapa kemungkinan yang bisa menjadi sebab mengapa mobil mogok, misalnya karena businya mati, karena Plar dan sebab-sebab lain yang memberikan dasar bagi pemikirannya. lain diberikan dari percobaan Piaget & Inbelder(1955) sebagai berikut Kepada anak-anak diberikan empat diberi nomor 2, 3 dan 4 dan berisikan cairan yang ama. Kepada mereka juga diberikan kaleng kecil anak-anak berisikan cairan yang tidak berwarna. agar diminta untuk mencampur cairan-cairan tersebut  cairan dengan warnaAnak-anak pada masa pra-operasional akan mencampur-baur cairan dari yang satu ke yang lain secara tidak teratur. Anakanak pada masa konkrit sudah lebih teratur. Pada umumnya mereka coba dengan menuangkan kaleng dengan tanda g ke tabun 1. tabung 2, tabung 3 dan tabung 4, dan setelah itu menyerah. Biasanya mereka akan menjawab hanya itu yang bisa dilakukan. Hal ini sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangan yang baru bisa menyusun dua dimensi pada satu waktu dan kemungkinan-kemungkinan yang lebih luas belum bisa di-Pada masa formal operasional, mereka sudah bisa berpikir sistimatik, dengan melakukan ber-macam-macam penggabungan dan dilihat hasilnya, sehingga berhasillah apa yang ditugaskan. Pada masa ini remaja juga sudah bisa memahami adanya bermacam-macam aspek pada suatu persoalan yang dapat diselesaikan seketika, sekaligus. Tidak lagi satu persatu seperti yang biasabdilakukan anak-anak pada masa konkrit operasional. Dari ini termasa formal opepula bahwa perkembangan kognitif pada rasional mencapai tingkatan tertinggi pada keseimbangan dalam dengan lingkungan. Remaja memasuki dunianya bungannya
dengan segala macam kemungkinan dan kebebasan untuk memkirkan sendiri, Seiring dengan ini muncul kembali  sifat trisme, Angan-angannya banyak dan ia tidak melihat kemungkinan untuk mencapainya. Dunia khayal lebih memusat dari dunia realitas, Hal ini akan berubah ketika remaja mulai memasuki dunia dewasa, bila mereka mulai menyadari keterbatasan baik yang ada pada dirinya, maupun yang berhubungan dengan realitas di lingkungan hidupnya Perkembangan kognitif Piager, secara skematis dapat digam- barlcan Pentahapan perkembangan kognitif Kekhususan Umur

Tahap Masa Sensori motor o 2,0 th, Perkembangan skema melalui refleks-refleks untuk mengetahui dulinya. Mencapai kemampuan dalam mem ketetapan dalam obyek.

II operasional
2,0 7,0 th, Penggunaan simbol dan penyusunan tanggapan internal, misalnya dalam permainan, bahasa dan peniruan. krit-opera- 7,0 11,0 th. Mencapai kemampuan sosional untuk berpikir sistimatik terhada hal atau obyek-obyek yang konkrit. Mencapai kemampuan meng

11,0 dewasa
Mencapai kemampu-

IV Formal opera an untuk berpikir sistimatik terhadap hal-hal yang abstrak hipotetis.



Teori Piaget & hubungannya dengan pendidikan. Teori perkembangan kognitif dan hasil-hasil karya Piaget yang ditulis dalam bentuk lebih dari 50 buku, memberikan sumbangan yang besar dalam dunia Pendidikan. Piaget sendiri sebenarnya selalu menolak bahwa ia menguasai I ilmu Pendidikan, ilmu yang memang tidak pernah dipelajari formal. secara Piaget dengan teori-teorinya bermaksud menperkembangan kognisi pada anak-anak yang baru dilahirkan dan seterusnya lebih menghendakinya sebagai sumbangannya terhadap pengetahuan tentang kemanusiaan daripada sebagai penerapan teori teorinya di dalam ruangan-ruangan kelas. Tidak ber- dengan Rousseau atau Montessori, Piaget  lajar sebagai suatu proses yang aktif dan harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan a Belajar pada anak bukan sesuatu yang sepenuhnya bergantung pada guru (sebagai ditekankan oleh tokoh-tokoh teori belajar pada aliran Behaviorisme yang memandang perkembangan anak sebagai pribadi yang mekanistis) melainkan harus keluar dari anak itu sendiri. Belajar merupakan proses yang aktif untuk menemukan atau memperoleh sesuatu baik pada bayi maupun pada anak yang memperlihatkan kemajuan-kemajuan dalam perkembangan inte-lek dengan menjelajahi dunia dan ini dilakukannya sendiri, timbul dari dirinya sendiri Piaget (1969) mengatakan bahwa tugas guru bukan mem-berikan pengetahuan yang diberikan kepada anak, melainkan mencarikan, menunjukkan atau memberikan alat-alat atau cara- menimbulkan minat serta merangsang anak untuk me- mecahkan mengatasi persoalan-persoalan sendiri Tugas-tugas guru atau pendidik memang tidak semudah yang dibayangkan. Pengetahuan mengenai perkembangan kogitif dengan penahapannya bisa membantunya. Di samping itu guru atau pendidik harus cukup peka dan luwes, seperti juga dikemukakan oleh Ginsburg & Opper (1969), terhadap aktivitas-aktivitas anak, ia belajar kepada dari anak dan diarahkan oleh Misalnya pada  anak-anak yang baru memasuki tahap perkembangan III yakni masa kongkrit operasional. Guru atau didik harus memahami bahwa anak ini baru mulai memperkem bangkan kemampuannya berpikir logis, tetapi kemampuan beriltinnya terikat kepada obyek-obyek atau aktivitas-aktif lsi pelajaran dengan sendirinya harus berisikan obyek-obyek 

Terhadap anak-anak pra-sekolah harus diberikan tugas-tugas yang memung kinkan anak-anak melakukan sesuatu terhadap atau benda-benda Untuk mengajar anak angka-angka, harus diperlihatkan benda-benda yang dapat dihitung. Untuk mengajar warna anak harus memilih dan mengambil sendiri warna-warna yang dibutuh- kan, dan guru tidak memperlihatkan warna tertentu terhadap anak untuk dipelajari melatih pengenalan bentuk, anak harus menempatkan bentuk-bentuk tertentu pada kotak-bentuk yang sesuai, atau suatu pola bentuk tertentu. Perkembangan kognitif memang dilandasi oleh gerakan dan perbuatan. anak harus bergerak dan berbuat sesuatu terhadap obyek yang nyata. Bila mana anak sudah mulai menaruh perhatian dan mau belajar, maka tugas guru dan pendidik untuk mempertahankan minat belajar anak lebih lanjut. Kesempatan-kesempatan harus terbuka memperoleh sesuatu yang baru, anak untuk membandingkannya dengan hal-hal yang lama. Hanya saja, hal itu perlu disesuaikan dengan masa-masa perkembangan kognitif anak. Ulangan dan latihan dibutuhkan dalam perkembangan kognitif ini. Berapa kali ulangan dan latihan diberikan sangat bergantung pada keadaan anak yang memang menentukan sendiri. Ditinjau dari sudut ini maka pelajaran yang diberikan dalam ruangan kelas yang bersifat kelompok memang sering tidak nguntungkan. 

Tetapi pendidikan perorangan juga banyak kesulitan dan kerugian. Seperti Piaget sendiri mengemukakan, interaksi sosial memberikan banyak keuntungan dalam Anak-anak mulai bisa berpikir yang mengkoordinasikan dua dimensi secara serempak, sebagian karena  tidak langsung dalam hubungan-hubungannya dengan teman-teman lain akan mempelajari dua atau lebih berkembang dalam hubungan dengan anak lain, tempat ia merasa sama, merasa dan bisa sendiri anak-anak lain. Seandainya ia dikuasai oleh anak-anak lain yang selalu menerangkan segala-galanya,maka kemampuan memkan perspektif tidak akan terbentuk. itu dalam kesempatan berinteraksi sosial, si anak akan melakukan imitasi, Suatu faktor yang penting dalam proses belajar. Masalah yang timbul dalam dunia pendidikan sehubungan dengan Teori ini ialah mengenai tugas-tugas mengkonservasikan angka-angka yang diberikan kepada anak-anak pada masa  belajar diartikan Suatu yang salah, dengan sebagai mempercepat proses perkembangan antara lain mempercepat memberikan  tugas mengkonservasikan angka-angka pada anak-anak. Sedangkan tugas-tugas mengkonservasikan angka-angka baru bisa dilakukan anak-anak pada masa kongkrit operasional. Menurut Piaget, memberikan pengalaman baru kepada anak, tanpa memberikan kesempatan anak juga menumbuhkan fisiknya, hanya akan melatih anak untuk memberikan jawaban tertentu terhadap rangsang tertentu pula. Dengan demikian tidak akan memperkembanglan atau mengubah dasar struktur mental, dengan kata lain kurang ada gunanya. 

Mengar seorang anak sebelum waktunya untuk bisa menerima dan mempelajari sesuatu akan membutuhkan banyak waktu daripada ilamana pelajaran itu diberikan pada waktu lain ketika anak telah siap untuk belajar. Piaget dalam hal ini memang mengemukakan pentingnya faktor kematangan dalam hal belajar, dan bahwa anak mempunyai motivasi dari dalam untuk belajar. Hal ini jelas terlihat pada anak sejak masa sensori-motor ketika anak memperlihatkan keinginan tahu terhadap hal-hal atau obyek obyek yang ada dalam lingkungan hidupnya Piaget, sama dengan Montessori yang mengemukakan faktor kematangan dalam belajar, tidak bisa digolongkan ke dalam kompok yang tergolong bersikap pesimistis dalam pen
didikan. Kesesuaian antara teori perkembangan kognitif yang dikemukakan Piaget dengan kurikulum-kurikulum yang diberikan sekolah-sekolah menjadi pokok pembahasan yang ramai. Penahapan perkembangan kognitif yang berurutan secara tertentu. tidak bervariasi dan bersifat universal memperoleh tanggapan gencar. Banyak tokoh psikologi perkembangan terutama amerika menganggap bahwa teori-teori yang dikemukakanoleh Piaget tidak didasarkan pada hasil penelitian dengan metodologi yang mantap. Meskipun demikian percobaan-percobaan dan penelitian-penelitian yang dilakukan pada berbagai latar lakang sosial dan kebudayaan dan dengan metodologi lain yang lebih obyektif dan ilmiah, pada umumnya memberikan hasil yang menyokong teori Piaget. Salah satu pokok pembahasan yang ramai ialah yang mengenai Modern. Menurut Kohlberg & Gilligan, kesulitan dalam mengajarkan Matematika Modern disebabkan usaha-usahanya untuk mengajar anak-anak yang sebagian besar berada pada masa kongkrit-operasional atau lebih rendah, ide-ide dan kemampuan-kemampuan yang baru bisa dipelajari anak-anak pada masa formal operasional



// kode iklan

jangan lupa iklannya diklik ya, to "materi psikologi tahapan manusia "

Post a Comment